BENCANA TERJANG NUSANTARA


Papua, MS

Indonesia kembali berduka. Rentetan bencana gempur sejumlah wilayah. Banjir bandang dan longsor terjang Sentani, Jayapura, Papua. Di tempat lain, gempa bumi dengan magnitudo 5,8 guncang Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB). Puluhan warga meninggal dunia. Ribuan lainnya mengungsi.

Eforia Pemilihan Umum (Pemilu) serentak 2019 di dua wilayah terdampak bencana ini seketika meredup. Suasana dukacita membungkus. Dampak bencana terparah dikabarkan terjadi di Sentani, Jayapura. Hingga Minggu (17/3) malam sekitar pukul 23.00 WIT (Waktu Indonesia Timur), efek banjir bandang dan longsor dilaporkan telah merenggut 78 nyawa. 66 korban meningga akibat banjir bandang sementara 7 lainnya tertimbun tanah longsor. 4 ribuan warga juga harus mengungsi ke tempat yang aman. Tak hanya itu, banjir dan longsor di Sentani ikut mengakibatkan kerusakan infrastruktur. 350-an bangunan rusak parah.

Salah satu pemicu jatuhnya banyak korban jiwa ditengarai disebabkan banjir bandang terjadi malam hari saat warga tak mempersiapkan diri. "Karena tengah malam musibah ini, jadi ada yang dalam kondisi tidur, belum siap sama sekali, mereka hanya keluar membawa baju yang di badan," ujar Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw.

Ada tiga lokasi yang terdampak parah akibat terjangan banjir bandang ini, yaitu di sekitar bandara, perumahan Bintang Timur dan sekitar lapangan udara. Sebagian besar wilayah yang terdampak hingga kini masih tertutup lumpur material banjir. Diperkirakan masih banyak korban yang terperangkap material lumpur.

"Air masih mengalir cukup deras tapi perlu diwaspadai. Petugas masih melakukan pencarian," kata dia.

 

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menuturkan dari 50 orang meninggal dunia, 38 jenasah dibawa ke RS Bhayangkara Polda Papua, 7 jenasah di RS Marthin Indey, dan 5 jenasah di RS Yowari.

Sebanyak 49 korban sudah berhasil diidentifikasi sedangkan satu jenasah masih dalam proses identifikasi. Sementara 59 orang luka-luka yang dirujuk ke PKM Sentani, RS Bhayangkara dan RS Yowari. Dinas Kesehatan Jayapura dan Dinas Kesehatan Papua mengkoordinir penanganan tim medis bagi korban.

Namun, Sutopo menuturkan data korban ini masih akan bertambah karena pendataan masih dilakukan. "Karena proses evakuasi masih berlangsung dan belum semua daerah yang terdampak di sembilan jelurahan bisa dijangkau tim SAR gabungan," ujarnya, Minggu (17/3).

Material lumpur dan kayu akibat banjir membuat akses jalan tertutup, membuat evakuasi korban sulit dilakukan. "Fokus utama saat ini adalah proses evakuasi, penyelamatan korban mengingat luasnya wilayah terdampak banjir bandang," tegas Sutopo.

Adapun kerusakan meliputi 9 rumah rusak terdampak banjir di BTN Doyo Baru, 1 mobil rusak atau hanyut, jembatan Doyo dan Kali Ular mengalami kerusakan. Sementara itu, sekitar 150 rumah terendam di BTN Bintang Timur Sentani, dan 1 pesawat jenis Twin Otter di Lapangan Terbang Adventis Doyo Sentani rusak.

DIPICU PERAMBAHAN HUTAN DAN PERTAMBANGAN LIAR

Potensi bencana banjir bandang di wilayah Sentani sudah diperingatkan sejak beberapa bulan lalu. Warning itu disampaikan Dewan Ketahanan Nasional (Wantanas) bersama BNPB sejak September 2018.

Sutopo menyebut, wilayah Sentani memang rawan banjir akibat kerusakan lingkungan yang dipicu perambahan hutan dan pertambangan liar di lokasi tersebut. Apalagi pada tahun 2007 lalu, di Sentani juga pernah diterjang banjir bandang.

Kejadian banjir bandang yang menerjang pada Sabtu silam, menurut Sutopo, menunjukkan hujan deras yang terjadi pada sore hari membendung air di sungai ada. Namun air kemudian meluap dan menerjang wilayah di sekitarnya.

"Ini karakter banjir besar yang terjadi di Indonesia, kita bisa melihat bagaimana kayu gelondongan yang begitu besar dan batu besar menerjang desa-desa," ujarnya.

Adapun kronologi banjir bandang menurut Sutopo berlangsung sejak Sabtu (16/3) pukul 17.00 WIT. Dalam kurun waktu satu jam, hujan mengalami fluktuatif dengan curah hujan menjadi deras mencapai 50,5 milimeter per jam. Situasi, kata dia, bertambah parah pada pukul 22.00 WIT sampai pukul 00.00 WIT.

Disinyalir, ketika hujan deras di gunung maka palung sungai yang ada di sekitar Sentani tidak mampu menampung. Kemungkinan indikasi bahwa sebelumnya terjadi longsoran-longsoran yang kemudian membendung alur-alur sungai di hulu.

"Itulah yang menyebabkan mengapa terjadi banjir bandang dengan material kayu-kayu gelondongan, batu-batu sedimen banyak yang dialurkan ke bagian hilirnya. Kemudian menerjang 9 kelurahan-kelurahan di kecamatan Sentani," ujar Sutopo.

Selama 8 jam diguyur hujan, curah hujan mencapai 235,1 milimeter per jam. Menurut Sutopo, curah hujan ini sangat ekstrem. Kondisi bertambah parah pada Minggu sejak pagi pukul 08.00 WIT hingga sore pukul 17.00 WIT. Setelah diterjang banjir sejak Sabtu malam, sejumlah petugas melakukan evakuasi. Awalnya, petugas gabungan menemukan 14 jenazah. Namun jumlah korban yang ditemukan terus bertambah.

 

 

 

GEMPA BUMI GUNCANG LOMBOK

Banjir bandang di Sentani bukan satu-satunya bencana yang menerjang Bumi Nusantara. Minggu (17/3) kemarin, gempa bumi dengan magunitudo 5,8 dilaporkan terjadi di Lombok Timur, NTB. Hingga pukul 16.30 WIB (Waktu Indonesia Barat), BMKG mencatat telah terjadi 13 kali gempa bumi susulan.

Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Mataram mencatat jumlah korban meninggal dunia dari sebelumnya dua orang menjadi tiga orang.

"Ada satu korban lagi yang ditemukan dalam kondisi terjepit batu berukuran besar di sekitar lokasi air terjun Tiu Kelep. Tapi identitasnya belum diketahui," kata Humas Kantor SAR Mataram, I Gusti Lanang Wisnuwandana, ketika dihubungi di Mataram, Minggu malam.

Identitas dua korban meninggal dunia yang diketahui, yakni Tomy (14) warga Senaru, Kabupaten Lombok Utara, dan wisatawan asing dari Malaysia bernama Tai Sieu Kim (56). Sementara korban meninggal dunia yang belum teridentikasi dipastikan adalah wisatawan asal Malaysia.

Tim SAR gabungan, kata Lanang, kesulitan untuk mengevakuasi korban yang masih terjepit bebatuan berukuran besar karena kondisi hujan lebat pada sore hari. Kondisi cuaca kurang bersahabat tersebut dikhawatirkan akan menimbulkan longsor susulan, sehingga seluruh tim diminta untuk naik dan meninggalkan lokasi air terjun Tiu Kelep.

"Sekitar pukul 18.30 WITA, seluruh tim SAR gabungan sudah berada di pintu masuk air terjun. Mereka menginap di sekitar lokasi sambil membahas upaya evakuasi korban esok hari dan pencarian lanjutan untuk memastikan tidak ada korban lainnya," ucap Lanang.

Kantor SAR Mataram mengirimkan sebanyak 25 personel dari Pos SAR Kayangan untuk membantu upaya Pencarian dan pertolongan para wisatawan dan warga lokal yang terjebak longsor di sekitar air terjun Tiu Kelep saat gempa bumi terjadi.

Air terjun yang berada di bawah kaki Gunung Rinjani tersebut longsor ketika gempa bumi terjadi. Bongkahan batu berukuran besar menggelinding dari atas tebing dan menimpa para wisatawan serta warga lokal.

Kantor SAR Mataram mencatat sebanyak 14 warga Malaysia selamat ketika gempa bumi disertai longsoran bebatuan di sekitar air terjun Tiu Kelep. Selain itu, tujuh orang warga lokal juga dilaporkan selamat dalam peristiwa tersebut.

Sebagian dari wisatawan dan warga lokal yang selamat ada yang mengalami luka-luka dan sudah mendapatkan perawatan di Puskesmas Kecamatan Bayan.

Pihak BMKG menyatakan gempa bumi disebabkan aktivitas sesar lokal di sekitar Gunung Rinjani. "Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi ini dipicu oleh penyesaran turun (normal fault)," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono.

Guncangan gempa bumi dilaporkan dirasakan di daerah Lombok Utara IV MMI, Lombok Timur, Lombok Barat, Lombok Tengah, Mataram, dan Sumbawa III-IV MMI; Karangasem III-IV MMI, Denpasar III MMI, dan Kuta III MMI.

PEMERINTAH KERAHKAN BANTUAN

Bencana yang melanda sejumlah wilayah, khususnya banjir bandang dan longsor yang menerjang sembilan kelurahan di Kabupaten Jayapura, Papua, menyulut reaksi prihatin rakyat Indonesia. Pemerintah pun ambil respon cepat.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan berbela sungkawa atas bencana tersebut. "Saya sudah mendapat laporan dari Kepala BNPB mengenai banjir bandang di Sentani dan saya sudah perintahkan secepatnya datang ke lokasi. Kita harapkan penanganan evakuasi secepat-cepatnya agar mengurangi korban yang ada," ujar Jokowi di JICT Tanjung Priok, Minggu (17/3).

Sementara Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) turut membantu proses evakuasi warga ke tempat yang lebih aman, serta melakukan mobilisasi alat untuk evakuasi korban yang tertimbun material.

Selain itu, pihak Kementerian PUPR membersihkan jalan sepanjang 2 km yang tertutup lumpur agar dapat dilalui kembali.

Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) 18 Jayapura, Osman Marbun, mengatakan, pihaknya membersihkan ruas jalan nasional Jayapura-Sentani-Kemiri sepanjang 2 km yang tertutupi lumpur dan pohon tumbang dengan mengerahkan 3 unit excavator 2 unit loader.

“Proses pembersihan jalan nasional dilakukan untuk memudahkan mobilitas kendaraan-kendaraan emergency untuk keluar masuk dari wilayah yang terdampak bencana, serta memperlancar aktivitas masyarakat setempat,” kata Osman Marbun.

Selain itu juga dilakukan mobilisasi 4 unit excavator, 4 wheel loader dan 10 dump truck dari lokasi pekerjaan jalan di Arso yang berada sekitar 70 km dari Jayapura untuk mendukung penanganan dampak banjir bandang.

Kementerian PUPR melalui Ditjen Cipta Karya akan melakukan distribusi prasarana dan sarana air bersih dan sanitasi ke lokasi terdampak.

KOMITMEN TUNTASKAN PERSOALAN KERUSAKAN HUTAN

Bencana banjir bandang di Sentani ikut mengungkap fakta dampak buruk perusakan lingkungan. Presiden Jokowi menegaskan, pemerintah berkomitmen menyelesaikan kerusakan hutan di hulu sungai sebagai akar masalah dari banjir bandang yang tidak hanya terjadi di Sentani, tapi juga banyak daerah lainnya. Jokowi tak segan mengakui bahwa banyak area hutan yang sudah terlanjur rusak sejak bertahun-tahun yang lalu.

Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 8 Tahun 2018 tentang Penundaan dan Evaluasi Perizinan Perkebunan Kelapa Sawit (Inpres Moratorium Sawit), menurut Jokowi, sudah efektif. Akan tetapi hal itu harus dibarengi dengan penghijauan dan penanaman kembali hutan di daerah hulu sungai.

"Moratorium saja tidak akan menyelesaikan masalah karena hutan sudah terlanjur rusak bertahun-tahun yang lalu. Jadi saya kira penanganan kerusakan di hulu yang harus segera diselesaikan. Inilah ke depan yang ingin kita kerjakan," pungkasnya. (dtc/bbc/cnn)


Komentar

Populer Hari ini



Sponsors

Daerah

Sponsors


Mail Hosting