Antisipasi ‘Monkeypox’, Bitung Siaga


Bitung, MS

Dunia internasional kini dihebohkan dengan serangan ‘Monkeypox’. Wabah penyakit yang juga dikenal sebagai virus cacar monyet ini memicu gerak preventif pemerintah. Di Kota Bitung, seruan dilayangkan Walikota Maximiliaan Jonas Lomban. Meski belum ditemukan kasus, masyarakat tetap dihimbau waspada.

Lomban meminta masyarakat untuk selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat agar terhindar dari segala macam jenis penyakit. "Khusus untuk ancaman penyakit cacar monyet saya menghimbau masyarakat untuk mengenali gejala dan tanda-tandanya supaya segera terdeteksi. Yang penting juga terus meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat," katanya.

Tak hanya itu, instruksi telah disampaikan ke instansi terkait. "Saya telah memerintahkan kepada jajaran dinas kesehatan kota Bitung untuk aktif melakukan sosialisasi agar masyarakat dapat memahami gejala dan cara mengantisipasi penyebaran virus ini," tandas Lomban.

Hal yang sama disuarakan Ketua TP PKK Bitung Dra Khouni Lomban-Rawung, M.Si. Dalam berbagai kesempatan, Khouni selalu menekankan pentingnya pola hidup sehat dan bersih. Itu dinilai faktor utama dalam menjaga kesehatan tubuh dari semua penyakit yang mengancam.

"Ayo kita biasakan hidup sehat dan bersih mulai dari selalu mencuci tangan dengan air dan sabun atau menggunakan pembersih tangan berbahan dasar alkohol, memperhatikan makanan-makanan yang akan kita konsumsi, serta menjaga kebersihan dan kesehatan hewan-hewan peliharaan kita,” tegas Rawung.

Kemenkes RI sendiri telah mengeluarkan instruksi kepada jajaran kesehatan di seluruh indonesia agar dapat mengantisipasi masuknya cacar monyet di wilayah masing-masing, baik melalui bandara ataupun pelabuhan. Hal ini juga telah diantisipasi oleh jajaran kantor kesehatan pelabuhan serta jajaran dinas kesehatan Kota Bitung.

“Cacar monyet didefinisikan sebagai penyaki akibat virus yang ditularkan ke manusia melalui binatang, seperti monyet, tikus Gambia dan tupai. Penularan pada manusia dapat terjadi melalui kontak dengan darah, cairan tubuh atau lesi pada kulit atau mukosa dari binatang yang tertular virus, atau mengonsumsi daging binatang yang sudah terkontaminasi,” tukasnya.

Dia juga mengatakan, sangat jarang ditemukan kasus penularan dari manusia ke manusia. Wilayah di mana kerap ditemukan penyakit cacar monyet secara global yaitu di Afrika Tengah dan Barat seperti di Republik Demokratik Kongo, Republik Kongo, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Nigeria, Pantai Gading, Liberia, Sierra Leone, Gabon dan Sudan Selatan.

“Masa inkubasi atau interval dari infeksi sampai timbulnya gejala penyakit cacar monyet biasanya memakan waktu 6 hingga 16 hari, tetapi juga dapat berkisar dari 5 hingga 21 hari. Gejala yang timbul berupa demam, sakit kepala hebat, limfadenopati atau pembesaran kelenjar getah bening, nyeri punggung, nyeri otot dan lemas.

Ruam pada kulit muncul pada wajah kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya. Ruam ini berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar, lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras. Biasanya diperlukan waktu hingga 3 minggu,” ujarnya.

Cacar monyet biasanya merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung selama 14 – 21 hari.

Kasus yang parah lebih sering terjadi pada anak-anak dan tergantung pada tingkat paparan virus, status kesehatan pasien dan tingkat keparahan komplikasi. Kasus kematian bervariasi tetapi kurang dari 10 persen kasus yang dilaporkan. Penderita penyakit ini sebagian besar di antaranya adalah anak-anak.

“Tidak ada pengobatan khusus atau vaksinasi yang tersedia untuk infeksi virus monkeypox. Pengobatan simptomatik (pengobatan untuk meredakan gejala dari penyakit) dan suportif dapat diberikan untuk meringankan keluhan yang muncul,” bebernya.(joy watania)


Komentar


Sponsors

Daerah

Sponsors


Mail Hosting