SULUT AWAS, Angka Penularan Corona Tertinggi di Indonesia


Manado, MS

Tanda awas bagi warga Sulawesi Utara (Sulut). Penularan Corona Virus Disease 2019  (Covid-19) di bumi Nyiur Melambai terus mengalami peningkatan yang signifikan. Bahkan data kurva reproduction number (RO) atau indeks penularan di daerah ini telah mencapai 2,5.

Tak ayal, Sulut kini masuk kategori sebagai provinsi dengan angka penularan Virus Corona tertinggi di Indonesia. Itu menyusul tingginya angka penjangkitan secara berantai baik pada kasus individual maupun cluster. Kota Manado menjadi daerah terbanyak kasus positif Covid-19 di Sulut.

Fakta mengkhawatirkan itu diakui Wakil Gubernur (Wagub) Steven Kandouw (SK).  Tingginya indeks penularan Covid-19 disebut telah menjadikan Sulut sebagai daerah tertinggi penularan Covid-19 di Indonesia. “Sulut juara tingkat penyebarannya,” kata Wagub, Selasa (2/6) kemarin.

Indikator itu menjadi tanda awas bagi warga Sulut, khususnya Manado. Masyarakat pun diminta untuk lebih disiplin  dalam mengikuti protokol kesehatan Covid-19 serta mematuhi imbauan pemerintah. “Ini demi kebaikan kita bersama. Kita semua harus bersatu hati untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19,” lugasnya.

Lanjut Kandouw, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Sulut akan membantu Pemerintah Kota (Pemkot) Manado untuk penanganan penyebaran virus Corona di ibukota Provinsi. Itu sesuai dengan arahan Gubernur Sulut, Olly Dondokambey.

“Kita full support, satgas (gugus tugas), bantu khusus Manado dengan cara melakukan rapid test. Semua kita kerahkan untuk tekan laju penurunan penyebaran Covid-19 di Manado secara gotong royong,” tegasnya.

Selain itu, pemerintah akan mempertegas dan memperketat penerapan kebijakan social distancing dan physical distancing di Manado dengan melibatkan petugas gabungan dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Provinsi dan Kota, yang turut dibantu Polri dan TNI. “Bagi pelanggar kalau perlu diberikan punishment. Itu sesuai dengan Undang-Undang Covid-19,” tegasnya.

"Para Kepala Lingkungan di Manado akan dilibatkan guna membantu Gugus Tugas di lapangan dalam mendata ‘home by home’ pada warga yang diduga terkontak dengan pasien Covid-19," pungkas Wagub.

Diketahui, R0 adalah indeks penularan virus corona. Jika RO kurang dari satu, maka rata-rata orang yang terinfeksi akan menularkan kurang dari 1 orang. Sebaliknya, apabila RO di atas satu maka masih ada penyebaran virus Corona.

 

BERTAMBAH 15, POSITIF CORONA DI SULUT TEMBUS 354 KASUS

Kasus warga Sulut yang terpapar positif virus Corona atau Covid-19, kembali bertambah. Update terbaru, Selasa (2/6), bumi Nyiur Melambai ketambahan 15 kasus baru.

Alhasil, jumlah kasus positif Corona di Sulut telah menembus 354 kasus. Perkembangan terbaru penanganan Covid-19 itu diungkap  Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Provinsi Sulut, Bidang Epidomologi dr Steaven Dandel.

Dari  15 kasus terbaru itu, satu diantaranya adalah seorang bayi yang baru lahir asal Kabupaten Minahasa Tenggara. Pasien dengan nomor 345 itu telah meninggal pada 19 Mei 2020.

Selain itu, tenaga kesehatan juga masih menjadi korban. Terdata ada 2 orang tenaga kesehatan (nakes) terpapar wabah yang awalnya berasal dari Wuhan Cina tersebut. “Yang dari nakes ada 2 yang terpapar,” ujarnya.

Lanjut Dandel, ada dua pasien terkonfirmasi positif Covid-19 yang meninggal dunia Selasa kemarin. “Jadi total yang meninggal sampai saat ini sudah 39 orang,” ungkapnya.

Sementara yang sembuh bertambah 4 orang. Masing –masing  kasus 72 dari Manado, kasus 81 dari Minut (Minahasa Utara), kasus 70 dan 138 dari Minahasa. “Sehingga yang sembuh sudah 56 orang. Sedangkan kasus aktif (positif, red) Covid-19 yang dirawat di Sulut ada 259 orang,” terangnya Dandel yang didampingi Juru Bicara Bidang Kebijakan Dr Jemmy Kumendong dalam jumpa pers melalui video conference.

Ia  pun kembali mengingatkan masyarakat Sulut untuk tetap waspada dan mengikuti protokol kesehatan serta anjuran pemerintah. Seperti tetap selalu menjaga jarak, menghindari pusat keramaian, selalu pakai masker, rajin cuci tangan dengan menggunakan deterjen, serta protocol kesehatan Covid-19 lainnya.

“Itu semua bertujuan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Karena masyarakat itu sendiri menjadi garda terdepan dalam menghentikan penularan virus ini,” imbuhnya.

DEWAN REKOM 3 KONSEP MINIMALISIR PENULARAN CORONA

Predikat Sulut sebagai provinsi dengan tingkat penularan Covid-19 tertinggi di Indonesia tuai keprihatinan dari berbagai kalangan. Termasuk dari wakil rakyat di ‘gedung cengkih’.

Salah satunya datang dari Anggota Komisi IV DPRD Sulut, Fanny Legoh. Legislator yang sejak awal menyuarakan agar pintu masuk ke Sulut ditutup, terkesan tak terkejut dengan perkembangan virus Corona di Sulut.

“Kan dari awal-awal sudah saya sampaikan. Awalnya virus ini hanya kita lihat di Wuhan, kemudian di Italia dan masuk Indonesia. Sulut yang sebelumnya hanya 2 yang positif sekarang sudah 300 lebih,” bebernya.

“Jadi saya kira, benar apa yang disampaikan Wagub Sulut, Steven Kandouw, bila Sulut sekarang tertinggi tingkat penyebaran virus Coronanya jika dibandingkan dengan daerah lain,” sambungnya.

Ia mencontohkan Kalimantan Barat. Sebelumnya provinsi itu sudah puluhan, sementara Sulut baru sedikit. Tapi sekarang Kalimantan Barat baru 100,  sedangkan Sulut sudah 300 lebih. Begitu juga di Sulawesi Selatan. Saat Sulut baru 2 positif, Sulsel sudah  berkisar 80 kasus. Ketika itu, perbedaannya 40 kali lari baru Sulut bisa mencapai Sulsel.

“Meskipun sekarang Sulsel sudah seribu lebih dan Sulut 300, namun jika dihitung kecepatannya kita tinggal 5 kali lari sudah bisa menyamai Sulsel. Jadi penyebaran kita cepat. Penduduk kita cuma 2 juta beda Sulsel 7 juta, kalau mereka seribu positif masih seimbang. Kita mestinya puluhan sudah cukup. Berarti ada kurang sesuatu torang ini," sembur Legoh.

Sebenarnya menurut dia, pada Bulan Maret sempat diusulkannya penerbangan harus ditutup sementara waktu. Hal itu karena paling banyak kasus Corona di Sulut  import dari luar.

"Warning di bulan maret saya lakukan. Bagi saya perangkat kesehatan mungkin di kabupaten kota ini sampai hari ini tidak memiliki strategi yang tajam. Protokol yang kita ikuti sekarang ini kan dari WHO dari Kementerian," ujar Legoh.

Lanjut Legoh, mesti ada kerjasama serta strategi jitu yang tepat sasaran dari pemerintah yang dibarengi dengan kesadaran masyarakat dalam memutus mata rantai penyebaran Corona agar penularan tidak akan semakin meluas.

"Ini Dinas teknis yang bertanggung jawab untuk mencari strategi yang jitu. Kita bisa belajar di kampung-kampung. Kalau ada yang so tertular dari luar kampung, dorang so nda kase maso. Ini strategi dari mereka karena tidak mau ada yang bawa virus di kampung. Kabupaten kota mana strategi itu. Kita hanya ikut protokol nasional tapi langkah di daerah mana?  NTT (Nusa Tenggara Timur) tingkat kematian cuma satu dan dua persen makanya Dinkes  di Sulut harus betul siap. Proposal strateginya harus jelas dan jitu," tutur politisi PDIP ini.

Ia mencontohkan ada kejadian, warga yang lari dari rumah singgah. Hal itu pun sangat disayangkan bisa terjadi. "Ada yang lari di rumah singgah. Ada apa? Saya punya bukti SDM di sana tidak profesional. Tidak menunjukkan sumpah keperawatan. Kesimpulan saya, ini membuat kita bobol. Akhirnya kabupaten kota harus turun bupati walikotanya,” sembur Legoh lagi.

Menurutnya, harus ada ketegasan dari pemerintah. Apalagi di Manado sebagai epicentrum pandemic Covid-19. "Ketegasan, kedisiplinan untuk menjaga masyarakatnya harus dilakukan. Operasi perlu ada untuk menjaga kerumunan. Kalau dilihat dorang pasiar rupa biasa saja. Ini berbahaya. Harus ada ketegasan pemerintah kota," tegasnya.

Aparat Satpol PP juga harus tegas dalam memberikan tindakan untuk mendisiplinkan masyarakat. "Kalau ada tidak pakai masker harus disampaikan. Jangan hanya diam-diam saja. Kuncinya cuma bersabar dan disiplin menjalankan himbauan," tuturnya.

Ia mencontohkan peristiwa  di Kinali Kawangkoan . Ada 6 orang yang kontak erat dengan seorang anak positif, tidak mau di-rapid test. “Ini kan tidak boleh. Kalau mereka bebas kaluar kemana mana bagaimana. Itu contoh yang pertama,” ungkap politisi PDIP itu.

“Kemudian pasien Tondano 5 orang dari Sea keluar membeli keperluan di Indomaret. Berjalan bebas. Pelaksana teknis kesehatan banyak yang tidak mengerti. Gubernur dan wagub sudah setengah mati, tapi kalau tidak diimpelementasi dengan baik, maka susah," ungkapnya.

Tokoh masyarakat dan gereja pun diharapkannya untuk dapat ikut berperan aktif dalam memutus rantai penyebaran virus Corona.  “Minimal bisa terus menyosialisaikan soal protokol kesehatan Covid-19,” katanya.

Ia pun memberikan beberapa rekomendasi. Pertama, menurutnya harus ada strategi atau konsep jitu yang tepat dan dikawinkan dengan kedisiplinan masyarakat. Selanjutnya, rumah singgah Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) di Malalayang Manado harus dievaluasi. Itu menyusul adanya warga yang lari dari rumah singgah.

"SDM-nya harus dievaluasi. Ini kan orang terjadi keguncangan jiwa, kalau tidak ditangani dengan baik maka akan menganggu mereka. Penyelenggara di sana harus bagus, karena warga mendapat teror mental dianggap reaktif,” paparnya.

‘Mereka perlu spirit mental, motivasi, service yang baik supaya imun jadi kuat. Ada yang lapor di sana juga kotor. Pelaksana di situ harus menyadari mereka sedang merawat orang sakit. Akibatnya dorang lari. Tindakan tegas dan keras di situ. Jangan seperti penjara," sambungnya.

Selanjutnya ia meminta agar tim gabungan, baik Satpol-PP, polisi dan TNI untuk bersikap tegas bagi warga yang tidak mengikuti protokol kesehatan. "Kalau perlu dicoba program kabupaten kota untuk tidak keluar rumah 10 hari saja. Tinggal di rumah. Pasti selesai. Nah, kita berharap kasus Covid-19 tidak bertambah lagi. Cukup di angkan 300-an saja," kuncinya.(sonny dinar/arfin tompodung)

  

15 kasus terbaru Covid-19 di Sulut

1. Pasien 340: Laki-laki, umur 15 tahun, asal Manado. Sebelumnya adalah Orang Dalam Pemantauan (ODP) yang dirawat di salah satu Rumah Sakit (RS) di Manado.

2. Pasien 341: Laki-laki, umur 56 tahun, asal Manado. Sebelumnya dirawat sebagai ODP di salah satu RS di Sulut.

3. Pasien 342: Laki-laki, umur 45 tahun, asal Manado. Rapid Test reaktif dan dilanjutkan pemeriksaan swab. Hasilnya positif Covid-19.

4. Pasien 343: Laki-laki, umur 43 tahun, asal Manado. Tenaga Kesehatan (Nakes) di salah satu Fasilitas Kesehatan (Faskes) di Manado.

5. Pasien 344: Laki-laki, umur 43 tahun, asal Manado. Sebelumnya yang bersangkutan dirawat sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP) di salah satu RS di Manado

6. Pasien 345: Seorang Bayi baru lahir, asal Kabupaten Minahasa Tenggara. Dirawat di salah satu RS di Manado. Sudah meninggal dunia pada 19 Mei 2020.

7. Pasien 346: Perempuan, umur 78 tahun, asal Tomohon.

8. Pasien 347: Laki-laki, umur 55 tahun Manado. Sebelumnya adalah PDP

9. Pasien 348: Laki-laki, umur 4 tahun, asal Tomohon. Kontak Erat Risiko Tinggi (KERT) dari kasus 257

10. Pasien 349: Laki-laki, umur 63 tahun, asal Tomohon. KERT dari kasus 257

11. Pasien 350: Perempuan, umur 61 tahun, asal Bitung. Yang bersangkutan KERT dengan pelaku perjalanan dari daerah transmisi lokal

12. Pasien 351: Laki-laki, umur 30 tahun, asal Manado. Yang bersangkutan merupakan karyawan di salah satu Faskes di Manado.

13. Pasien 352: Laki-laki, umur 4 tahun, asal Minahasa. KERT dari kasus 143

14. Pasien 353: Laki-laki, umur 70 tahun, asal Manado. Rapid Test reaktif. Sudah meninggal dunia 2 juni 2020.

15. Pasien 354: Perempuan, umur 24 tahun. Sebelumnya adalah ODP di salah satu dan dilakukan Rapid Test, hasilnya Reaktif dan dilanjutkan swab. Hasilnya positif Covid-19

 


Komentar

Populer Hari ini


Sponsors

Daerah

Sponsors


Mail Hosting