Humiang: Mari Jaga Persatuan dan Kesatuan di Sulut

Dianggap Intoleran, Ratusan Massa Tolak Habib Bahar Cs


Manado, MS

Bandar Udara (Bandara) Internasional Sam Ratulangi Manado tegang. Ratusan massa menolak kehadiran Habib Bahar dan Habib Hanif. Namun, upaya sigap aparat keamanan dan proses mediasi yang dimotori Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Utara (Sulut) akhirnya mampu meredam situasi.

 

Sejak Senin (15/10), ratusan massa terlihat sudah mulai menyesaki sarana transportasi udara kebanggaan warga Bumi Nyiur Melambai itu. Mereka hendak menghadang Habib Muhammad Bahar bin Ali bin Smith dan Habib Muhammad Hanif bin Abdurahman Al Atthos. Kedua pentolan aksi 212 itu dituding intoleran dan suka mengumbar kebencian terhadap agama tertentu.

 

Adapun maksud kedatangan tokoh Front Pembela Islam (FPI) itu dalam rangka menghadiri acara Tabligh Akbar dan Haul Akbar ke-7 Al Habib Ali bin Abdurahman bin Smith, di Masjid Habib Alwi Bin Smith, Kelurahan Karame, Kota Manado, Senin (15/10) kemarin.

 

Massa terlihat keras menyuarakan penolakkan terhadap kedua tokoh yang diannggap intoleran itu. Frangky Boseke, perwakilan dari salah satu organisasi kemasyarakatan (ormas) mengatakan, pertemuan antara massa, pihak panitia, polisi dan TNI menyepakati akan memulangkan keduanya.

 

"Pihak keluarga setuju untuk memulangkan keduanya," beber dia.

 

Dilanjutkannya, kedatangan massa bukan dalam rangka menolak acara tabligh akbar. Menurutnya, massa dalam aksi ini sangat mendukung kegiatan keagamaan tersebut.

 

"Baiknya menghadirkan ulama nasionalis yang menyebarkan kesejukan," ujar dia.

 

Dibebernya, Habib Hanif datang di bandara lebih dahulu sekira pukul 17.00 Wita. Sedang Habib Smith datang beberapa jam kemudian. "Untuk sementara mereka berada di bandara," kata Boseke, saat aksi sedang berlangsung.

 

Aksi penolakan itu berlangsung menegangkan. Senin siang, sejumlah anggota ormas adat terlibat adu mulut dengan otoritas bandara. Otoritas bandara meminta massa segera meninggalkan bandara.

 

Di luar mereka kembali melakukan aksi. Semua kendaraan yang keluar bandara dipantau. Dari sebuah kendaraan, sesosok pria melambaikan tangan. Ternyata dia adalah mantan Ketua KPK Antasari Azhar. Massa menyambut antusias. Jelang pukul 15.00 Wita, massa kian banyak.

 

Sekelompok penari kabasaran berdatangan. Dipimpin para penari kabasaran ini, massa memasuki bandara. Aparat keamanan tak sanggup mencegah.

 

Di jalan terminal bandara, tarian kabasaran kembali dipertontonkan.

Massa sempat berorasi di terminal bandara. Kemudian perwakilan pendemo bersama pihak Kepolisian, TNI serta bandara melakukan pertemuan tertutup di ruang terminal care bandara.

 

Kendaraan rantis serta water cannon nampak ikut disiagakan. Berlangsung alot, pertemuan antara pihak penyelenggara kegiatan dan perwakilan massa akhinya menyepakati untuk tidak mengizinkan kedua tokoh FPI itu masuk Manado.

 

Steven Kembuan salah satu koordinator aksi menyatakan, Habib Smith dan Hanif ditolak karena merupakan pelaku intoleran.

 

"Keduanya merupakan pentolan 212, suka mengobarkan kebencian serta penuh intoleransi," ketusnya.

 

Kembuan menegaskan, aksi tersebut bukan penolakan terhadap acara tabligh akbar.

 

Pihaknya justru mendukung acara itu. "Yang kami tolak itu adalah orang yang intoleransi," tandasnya.

 

Menurut Kembuan, Sulut selama ini dikenal dengan kerukunan beragama. Datangnya dua orang pelaku intoleran berpotensi merusak kerukunan beragama di Sulut.

 

"Jangan sampai masuknya dua orang ini merusak kerukunan di Sulut," tuturnya.

 

Disebutkannya, aksi tersebut melibatkan sembilan ormas. Aksi berlangsung damai. "Kami tak bawa sajam, tak miras, juga tak kerahkan semua massa. Pesan kami Sulut adalah gudang toleransi tapi tidak pernah menolerir pihak-pihak yang berupaya mengacaukan Sulut," tegas Kembuan.

 

Ketegangan tiba-tiba kembali memuncak tatkala massa yang mengharapkan Habib Smith hadir dalam acara haul ayahnya, mendatangi bandara. Namun, situasi tetap mampu direndam aparat keamanan.

 

Terlihat jajaran Kepolisian Daerah (Polda) Sulut dan Kepolisian Resor Kota (Polresta) Manado diterjunkan guna mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

 

Kepala Kepolisian Resor Kota (Kapolresta) Manado, Kombes Pol FX Surya Kumara mengungkapkan, pengawalan dilakukan untuk mencegah tindakan anarkis.

 

"Makanya kami kawal supaya aksi ini bisa berjalan damai, tanpa anarkis," jelasnya saat melakukan pengamanan.

 

Perwira tiga bunga ini juga mengungkapkan, sampai saat itu situasi Bandara Sam Ratulangi masih kondusif.

 

"Masih aman, anggota juga masih stanby," tandasnya.

 

Hampir tengah malam, Wagub Sulut dan Wakapolda Sulut terlihat sudah berada di lokasi. Kesepakatan baru kembali tercipta di dalam bandara. Semua pihak setuju Habib Smith bisa datang ke kampung halamannya, di Kelurahan Karame Manado.

 

"Situasi terkendali. Diharapkan masyarakat Sulut tenang dan tidak terprovokasi," sebut Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesra Pemprov Sulut, Edison Humiang.

 

"Sebenarnya kita sudah mau pulangkan mereka ke Jakarta karena alasan demi kondusifitas daerah tapi orang tuanya Habib Smith sudah menangis, mengeluh. Inikan peringatan hari meninggalnya ayahnya. Habib Smith pun janji tidak akan berceramah," terang sosok yang memediasi percakapan sejumlah pihak di bandara.

 

Ia pun meminta masyarakat Sulut tetap tenang. "Mari jaga kebersamaan, persaudaraan dalam koridor Pancasila. Jaga keamanan Sulut, jaga persaudaraan," pinta Humiang yang hadir bersama Kepala Kesbangpol Sulut. (kharisma kurama)


Komentar

Populer Hari ini



Sponsors

Daerah

Sponsors


Mail Hosting