SULUT AMAN


Manado, MS

 

Situasi di Tanah Nyiur Melambai masih kondusif. Ketegangan yang sempat mengusik Kota Manado, akhirnya diredam dan tak meluas. Komitmen menjaga Sulawesi Utara (Sulut) tetap aman, dinilai mampu dijaga para penghuni di Jazirah Utara Selebes. Seruan untuk memelihara suasana harmoni pun bersahut-sahutan datang dari berbagai kalangan. 

Fenomena keragaman dipandang sebagai anugerah yang Tuhan berikan bagi bangsa Indonesia. Lebih khususnya di daerah Sulut. Maka dari itu, siapapun yang hidup di negeri ini sudah sepatutnya menjaga dan memeliharanya. “Di zaman yang penuh dengan segudang problematika saat ini, bukan saatnya lagi kita saling tuding dan memperuncing perbedaan,” kata Pendeta Dr Hendry Runtuwene STh MSi, Selasa (16/10) malam.

Masyarakat Indonesia khususnya Sulut, bagi dia, harusnya mengedepankan kesamaan. Artinya, kesamaan dalam rangka menghadapi berbagai persoalan bangsa. “Seperti kemiskinan, kerusakan lingkungan hidup, kekerasan, penyalahgunaan narkotika dan sebagainya. Saling menopang, peduli dalam semangat persaudaraan yang rukun dan damai,” ungkap mantan Sekretaris Umum (Sekum) Badan Pekerja Majelis Sinode GMIM ini.  

Ajakan yang sama juga datang dari tokoh pemuda di Sulut. Wakil Ketua Komisi Pelayanan Pemuda  Sinode GMIM, Devis Kepel mengatakan, semua pemuda dari semua golongan agama dan denominasi agar menjaga rasa persaudaraan yang selama ini telah dibina di Bumi Nyiur Melambai. “Jangan mudah termakan isu SARA (Suku, Agama, Ras dan Antargolongan). Apalagi terprovokasi yang ujung-ujungnya membawa konflik,” pinta Ketua Pemuda GMIM Wilayah Tondano 5 ini.

“Banyak potret  manis yang bisa kita lihat di daerah kita. Ketika kegiatan Ibadah umat Kristen, pemuda masjid membantu menjaga keamanan di sekitar tempat ibadah, demikian sebaliknya. Tetap jaga potret manis ini,” sambungnya.

Secara khusus untuk Pemuda GMIM, dirinya berharap, agar menjadi pion dalam hal menjaga kerukunan di Bumi Nyiur Melambai. “Jadilah yang terdepan untuk menyuarakan dan meneladankan perdamaian di tengah segala perbedaan, Karena perbedaan sebenarnya adalah kekuatan bagi kita untuk saling memperlengkapi,” harap Ketua Pemuda GMIM di Jemaat ‘Pniel’ Watulambot tersebut.

 

PEMPROV-DEPROV MINTA JANGAN TERPROVOKASI 

Kondisi keamanan Bumi Nyiur Melambai memantik keprihatinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulut dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulut. Lembaga eksekutif dan legislatif ini mengingatkan agar masyarakat tidak terprovokasi dengan kondisi yang terjadi.

Anggota Komisi I DPRD Provinsi Sulut, Netty Pantouw mengungkapkan, semua kalangan inginkan kedamaian. Hal itu karena daerah Sulut terkenal dengan masyarakat yang ramah dan menghormati setiap orang yang berkunjung ke Sulut. "Makanya kami sebagai anggota dewan sangat prihatin dengan kejadian yang terjadi semalam (Senin lalu, red)," ungkapnya, Selasa (16/10), di ruang kerjanya.

Hanya saja menurutnya, perlu jadi perhatian bahwa semuanya punya niat positif untuk menjaga kedamaian di Sulut.  "Baik mungkin masyarakat Sulut maupun dengan tamu yang dari luar. Jadi keduanya di sini hanya miskomuniksi. Dari sisi ini kita ambil hikmahnya, jangan mudah terprovoksi. Kita sudah dikenal adalah daerah yang menerima para tamu dengan baik. Biarlah ada yang bertentangan dengan hukum, ada aparat yang akan menangani,” ujar anggota dewan di komisi bidang politik, pemerintahan, hukum dan hak asasi manusia itu.

“Tapi hemat saya, baik kelompok yang menamakan  penjaga kedamaian Sulut positif tapi di sebelah juga positif. Jadi sama-sama untuk menjaga kedamaian," tutur anggota dewan provinsi (deprov) daerah pemilihan Minahasa Utara (Minut) dan Bitung itu.

Menurutnya, hal yang perlu diwaspadai adalah ajaran yang bertentangan dengan nilai-nilai kepribadian masyarakat Indonesia. "Yang perlu diwaspadai ajaran yang tidak sesuai kepribadian masyarakat Indonesia, masyarakat Sulut," tukasnya.

Makanya bagi Netty, perlu diapresiasi tujuan kedua kelompok yang ingin menjaga keamanan Sulut. Ketika keduanya punya hati untuk tujuan keamanan maka ujungnya tidak akan terjadi kekacauan. "Keduanya memang punya hati untuk jaga kedamaian. Berbeda dengan yang mau ingin kekacauan, apapun kejadian yang ada, tetap tujuannya untuk mengacaukan. Berbeda dengan ini karena niat bukan untuk mengacaukan sehingga tidak meluas. Kelompok-kelompok ini harusnya saling menjaga. Jangan keluarkan kalimat yang bisa provokasi. Kita menjaga orang lain juga supaya tidak terprovokasi," kunci politisi Demokrat ini.

Sementara, Asisten I Pemprov Sulut, Edison Humiang juga sempat menyampaikan hal yang sama. Ia meminta masyarakat Sulut tetap tenang. "Mari jaga kebersamaan, persaudaraan dalam koridor Pancasila. Jaga keamanan Sulut, jaga persaudaraan," pinta Humiang.

 

PEMKOT MANADO HARAP MASYARAKAT JAGA TOLERANSI 

Himbauan untuk menjaga eksistensi Sulut sebagai gerbong kerukunan datang juga dari Pemerintah Kota (Pemkot) Manado. Penduduk Negeri Wenang diharapkan bisa tetap memelihara kasih persaudaraan yang selama ini menjadi ciri khas.     

Walikota Manado DR Ir G. S. Vicky Lumentut SH MSi DEA meminta agar masyarakat menjaga kerukunan dan kedamaian di Kota Manado. Jangan mudah tersulut dengan berbagai berita hoax yang sifatnya provokatif serta memecah-belah keharmonisan dan semangat toleransi. Apalagi menurutnya, selama ini Kota Manado telah dikenal sebagai kota paling toleran di Indonesia. Hal ini bukan hanya slogan semata, tetapi merupakan ciri khas warga Kota Manado yang cinta damai dan menjunjung tinggi kerukunan dalam perbedaan suku, agama, ras dan antar-golongan.

 "Masyarakat tidak boleh terpecah-belah hanya karena oknum-oknum tertentu, mari kita jaga Kota Manado supaya tetap aman dan kondusif. Kerukunan yang tercipta selama ini merupakan jati diri kita orang Manado. Jangan sampai rusak karena hanya karena emosi sesaat, tanpa berpikir jauh ke depan,” ujar Walikota Vicky Lumentut, usai melakukan koordinasi dengan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Manado.

Dirinya juga berterima kasih kepada aparat keamanan, kepolisian dan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Mereka dengan cepat mengambil langkah representatif terhadap gangguan keamanan yang terjadi di wilayah Kota Manado.

“Terima kasih kepada aparat keamanan kita, yang secara cepat meredam berbagai aksi yang dapat memicu terjadinya intoleran di Kota Manado,” tukas orang nomor satu di Manado itu.

Walikota Vicky meminta aparat Pemkot Manado sampai camat, lurah dan kepala lingkungan (Pala), bisa menciptakan suasana yang aman, rukun dan damai di tengah masyarakat. “Sebagai pemerintah, mulai dari perangkat daerah, camat, lurah sampai Kepala Lingkungan harus proaktif menyampaikan kepada masyarakat agar menjaga Kota Manado ini tetap aman, rukun dan damai. Ingatkan kepada masyarakat, pupuk rasa cinta terhadap Kota Manado, jaga kerukunan, jangan mudah terprovokasi dengan melakukan hal-hal yang dapat memecah belah kerukunan di kota tercinta ini,” tandas walikota dua periode tersebut.

Pengurus Badan Kerja Sama Antar Umat Beragama (BKSAUA), Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) serta tokoh agama di Kota Manado, diajak untuk ikut berperan. Dalam rangka memberikan pengertian kepada umat beragama tentang semangat toleransi yang terjaga selama ini.

“Saya mengajak juga para tokoh agama dan pengurus BKSAUA dan FKUB untuk memberikan pemahaman dan pengertian kepada masyarakat agar tidak mudah terpancing dengan berbagai aksi yang mengganggu kehidupan kebersamaan kita di rumah besar Kota Manado ini. Sekali lagi, Manado adalah rumah kita, Manado kota toleran. Manado adalah kota yang rukun bagi kita semua karena Damai itu Indah dan Aman itu Mahal,” pungkas Walikota Lumentut.

Hal yang sama juga diungkapkan Wakil Walikota Mor Dominus Bastiaan, saat mendengar adanya aksi yang nyaris berbuntut anarkis belum lama ini. Pihaknya merasa prihatin dan segera berkoordinasi dengan aparat pemerintahan. Baik tingkat kecamatan dan kelurahan serta aparat keamanan untuk bisa mengatasi dan meredam aksi yang bakal merusak nilai-nilai Kota Toleran yang telah dilabelkan selama ini.  "Saat ini kita terkenal dengan sebutan Kota Paling Toleran di Indonesia. Jadi mari kita jangan mudah diadu domba. Kita ciptakan bersama hidup yang aman dan nyaman, karena Torang Samua Ciptaan Tuhan dan Torang Samua Basudara," jelas Wawali Mor.

 

POLDA PASTIKAN SITUASI TERKENDALI 

Suasana yang kembali kondusif, diyakinkan pihak Kepolisian Daerah (Polda) Sulut. Pasca kejadian penolakan kedatangan Habib Muhammad Bahar bin Ali bin Smith dan Habib Muhammad Hanif bin Abdurrahman Alatthos, situasi Bumi Nyiur Melambai dipastikan tetap terkontrol.

Hal tersebut disampaikan Kapolda Sulut, Irjen Pol Bambang Waskito melalui Kabid Humas Polda Sulut, Kombes Pol Ibrahim Tompo. Ia menegaskan, sampai sekarang ini situasi di Kota Manado dan sekitarnya tetap aman dan terkendali. “Kami juga mengimbau masyarakat agar tidak mudah terprovokasi, terutama melalui media sosial. Tetap jaga kerukunan, persatuan dan kesatuan,” ujarnya, kemarin.

Ia mengungkapkan, tidak ada hal yang cukup rawan dan meresahkan masyarakat saat itu. “Kondisi yang ada walaupun sempat terjadi gesekan namun semua dapat diatasi dan diamankan oleh aparat keamanan,” pungkasnya.

Tompo mengatakan, pihaknya bersifat netral sehingga semua kegiatan masyarakat harus diamankan. “Kita tidak berpihak, pengamanan tadi malam (Senin, red) itu merupakan langkah terbaik dari pihak kepolisian, TNI dan pemerintah Sulut,” ujarnya.

Lanjut Kabid Humas ini, faktanya yang bersangkutan (Habib Bahar Smith, red) tetap bisa hadir dalam kegiatan haul dan masyarakat tidak terganggu. “Situasinya sebenarnya aman-aman saja, namun ada pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab yang membesar-besarkan situasi ini,” terangnya.

“Masyarakat Sulut itu sangat toleran, jadi jangan mudah terprovokasi. Tetap jaga kerukunan, persatuan dan kesatuan, karena torang samua basudara,” pungkasnya mengimbau.

Kapolda Sulut, Irjen Pol Bambang Waskito mengapresiasi petugas di lapangan, di mana terlihat sinergi TNI dan Polri yang dengan sigap dapat mengamankan kedua belah pihak. Berkat kerjasama itu sehingga tidak berlarut dan tidak ada korban.

Informasi yang  diperoleh, kedatangan Habib Muhammad Bahar bin Ali bin Smith dalam rangka menghadiri Haul Akbar ke-7 ayahnya, Al Habib Ali bin Abdurrahman bin Smith dan Doa Akbar untuk Bangsa Indonesia Khususnya Doa Bersama untuk Palu dan Donggala, yang digelar di Masjid  Habib Alwi bin Smith, Kelurahan Karame, Kota Manado, Senin malam.

Namun disinyalir ada pihak-pihak yang memprovokasi isu terkait kedatangan Habib Bahar Smith yakni seolah-olah kedatangannya akan melakukan sesuatu hal negatif. Situasipun sempat memanas, menjelang kedatangan Habib Bahar Smith di Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado, sejak Senin siang.

Menyikapi hal tersebut, pihak kepolisian bersama TNI dan Pemprov Sulut langsung mengambil langkah-langkah untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tak diinginkan. Itu dengan menurunkan personil pengamanan yang dilengkapi peralatan dan kendaraan taktis Brimob serta melakukan pendekatan persuasif. (tim ms)


Komentar


Sponsors

Daerah

Sponsors


Mail Hosting