Tokoh Lintas Agama Tegaskan Manado Aman


Potret manis kerukunan yang selama ini terjalin, tak ingin diciderai warga Kota Manado. Ketegangan yang sempat terjadi di Negeri Wenang, ditanggap ‘sejuk’ tokoh lintas agama Sulawesi Utara (Sulut). Asa untuk menjaga situasi harmoni kian kencang diserukan.

 

Gerak beremuk dilakukan aktivis keagamaan Kota Tinutuan pasca kejadian. Seperti Taufik Pasiak, Sofjan Jimmy Yosadi, Taufik Bilfaqih dan Roy Maramis. Mereka menggelar diskusi bersama, di Resto Ananas-Tikala, Kamis (18/10) kemarin. Pasiak tampil sebagai pembicara pertama. Ia mengatakan, kejadian yang heboh di sosial media, menimbulkan anggapan berbeda-berda. Ini baginya adalah kesalahan persepsi.

“Itu berupa penggalan-penggalan video saja sehingga menimbulkan anggapan berbeda dari keseluruhannya. Saudara-saudara di seluruh Indonesia terutama warga Muslim, jangan termakan persepsi yang salah tersebut. Karena ketegangan saat kejadian, sudah langsung mereda,” katanya.

Menurutnya, jika muncul kembali saat sekarang, itu merupakan bentuk provokasi sepihak atas nama solidaritas kelompok tertentu. Dirinya menghimbau, saudara-saudara mereka di luar untuk berhenti menbagikan video sepihak dengan gambaran kalau Kota Manado tak nyaman.

Sementara itu, Yosadi pun menyampaikan, kejadian lalu itu merupakan penolakan yang sampai menimbulkan kontroversial. Selain itu juga menganggu ketentraman, kerukunan dan persaudaraan yang sudah ratusan tahun tercipta. “Kalau ada, reaksi itu sudah mencair. Tak masalah lagi,” tuturnya.

Menurutnya, isu besar ini merupakan ‘gorengan’ orang luar semata. Kejadiannya kemudian mewabah sampai pelosok tanah air. Sekarang pada kenyataannya, tidak ada hal yang dikuatirkan. Antar sesama pemeluk agama di Kota Manado telah kondusif. “Jika digoyang dengan isu politik, bukan pada seharusnya karena kondisi politik sesungguhnya berlaku saat pesta demokrasi nanti,” serunya.

Senada disampaikan Bilfaqih. Diungkapkannya, agama dan ideologi punya potensi atau alat yang untuk kebanyakan orang dapat sehat berpikir namun bisa juga keliru berpikir. Terkait konteks pemilihan umum (pemilu) 2019 dirinya berujar, ketika ada ‘goyangan’ perlu ada kesehatan berpikir dalam menentukan ajaran-ajaran agama.

Dia menyampaikan, dalam catatan Bawaslu terkait kehadiran Habib Bahar Bin Smith untuk sementara tidak ada kaitannya dengan kontestasi pemilu. Hanya disayangkan, ada kelompok-kelompok yang ‘menggoreng’ ke jalur berbeda sampai muncul kerawanan. Disampaikan pula, indeks kerawanan pemilu bagi Kota Manado masuk 15 besar seluruh Indonesia.

Dipastikan pula, arah kerawanan kejadian yang berhubungan dengan suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) itu bisa ditepis. "Sehubungan dengan itu, teman-teman di luar jangan mispersepsi. Seolah-olah melemparkan bola Manado tidak tentram. Kami tegaskan, kini tidak ada masalah dengan ketegangan kemarin. Momentum yang tak perlu diperpanjang lagi," tegasnya.

Diperkuat kembali penegasan itu oleh Maramis. Ia menyatakan, di Kota Manado tidak terjadi apa-apa yang ada hanya miskomunikasi. Kondisi ini menurutnya, mau diatur oleh segelintir oknum yang ingin memecah belah kerukunan. Kota Manado tidak akan terpancing apalagi terpengaruh. Situasi tersebut tidak berpengaruh terhadap politik secara nasional yang bisa merusak tatanan hidup berbangsa dan bernegara.

Ditambahkannya, Kota Manado sampai saat ini antara saudara dari Islam, Kristen, Katholik, Budha, Hindu dan Konghucu, tidak ada masalah dengan kondisi yang terjadi kemarin. Warganya menganggap sudah selesai, sembari memintakan, lewat medsos untuk tidak lagi memanas-manasi. Ditegaskannya, Sulut tidak ada gesekan dan perpecahan. “Kiranya teman seluruh Indonesia bisa memahami ini bahwa di Indonesia tidak ada gesekan. Tidak ada perpecahan karena kita semua sama-sama masyarakat toleran. Dan pada intinya Sulut tetap aman dari ancaman radikalis,” tandasnya. (devy kumaat)


Komentar

Populer Hari ini



Sponsors

Daerah

Sponsors


Mail Hosting