Waspadai Mafia Sembako Jelang Natal, Pemkab Minahasa Siaga


Tondano, MS

Harga sejumlah bahan pokok di pasar tradisional Minahasa dikhawatirkan tak stabil jelang hari raya Natal 2018 dan Tahun Baru 2019. Indikasi adanya permainan mafia pasar jadi pemicu. Langkah antisipasi terkait permainan gembong penggerus harga sembako itu dinilai perlu dilakukan.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa, Suhban Torar, bahkan menyebut harus ada efek jera bagi para pemain sembako yang kedapatan. "Kalau memang kedapatan ada permainan langsung ditindak tegas, karena masyarakat sudah dirugikan," tegasnya.

Melihat kondisi saat ini, dia menilai kenaikan harga bahan pokok yang tinggi adalah hal yang tidak wajar. "Karena produksi cabe, tomat dan bawang merah di Kabupaten Minahasa masih normal dan masih memenuhi kebutuhan pasar. Produksi cabe misalnya, di wilayah kita ada 100 hektar lahan yang dikerjakan para petani. Jumlah sebesar itu stoknya memadai untuk kebutuhan pasar," paparnya.

"Jadi kalau ada yang bilang kenaikan harga cabe karena stoknya kurang, itu patut dipertanyakan," ujar Torar lagi.

Kalau sampai harga melambung tinggi, dia mencurigai adanya permainan kartel terkait kenaikan harga bahan pokok dipasaran. "Yang patut kita waspadai yaitu adanya mafia yang bermain dibalik kenaikan harga sejumlah bahan pokok ini. Makanya pengawasan harus lebih ditingkatkan," imbaunya.

Assisten Bidang Pembangunan dan Perekonomian Sekdakab Minahasa, Wilford Siagian ikut menanggapi soal ini. Kata dia, sepak terjang mafia kartel di pasar tradisional diakuinya masih jadi persoalan besar dibalik menjulangnya harga bahan pokok.

"Penimbunan stok masih sering terjadi, utamanya menjelang hari raya. Padahal stok ada, tapi ini permainan dari kartel. Nah kondisi ini yang sedang jadi perhatian utama pemerintah dan kami terus berupaya melakukan pencegahan," ucap Siagian.

Menyambut Natal tahun ini, Siagian mengakui bahwa sudah ada langkah preventif yang ditempuh pemerintah. Menurut dia, belum lama ini pemerintah telah mengundang Lembaga Distribusi Pangan Minahasa (LDPM) bersama pihak pasar swalayan modern untuk membahas hal ini.

"Ada solusi yang kami tawarkan yaitu Gapoktan akan berperan langsung dalam distribusi hasil pertanian. Kemudian hasil itu dijual ke pasar swalayan modern," kata dia.

Namun diakuinya, usul tersebut masih harus menunggu persetujuan para pemilik usaha swalayan modern. "Pertemuan kemarin kan yang hadir kebanyakan hanya perwakilan pemilik swalayan saja, tapi mereka bilang akan menyampaikan usulan ini kepada bos mereka," tutur Siagian.

Usulan soal distribusi hasil tani melalui Gapoktan ini bertujuan untuk memutus mata rantai distributor dari pihak ketiga dan keempat. "Misalnya distribusi beras, kita potong mata rantainya dengan memanfaatkan Gapoktan. Jadi komoditi dijemput langsung dari petani kemudian di jual di pasar swalayan modern. Tak ada lagi istilah pihak ketiga, keempat, dan seterusnya," papar Siagian.

Selain itu, Pemkab Minahasa, kata dia, juga telah membentuk tim pemantau dan pengendalian harga. "Tim itu sudah lama dibentuk dan akan turun ke lapangan jika ada kenaikan harga," tandasnya.

Sebelumnya, sebagian warga menilai, didasarkan dengan kondisi saat ini dimana ada musim-musim tertentu. Kegagalan yang dimaksud seperti harga cabe, bawang merah dan tomat yang meroket tinggi sampai-sampai hampir tidak terjangkau oleh sejumlah masyarakat.

“Kalau dimusim tertentu, disamping harganya mahal, juga terjadi kelangkaan. Kalaupun ada, harganya mahal," kata salah satu pedagang cabe di pasar Langowan.

Tapi menurutnya, itupun bukan hasil panen petani Minahasa. Melainkan didatangkan dari luar daerah. (jackson kewas)


Komentar

Populer Hari ini



Sponsors

Daerah

Sponsors


Mail Hosting