PIMPINAN KPK DITEROR, MOTIF MASIH MISTERIUS


Jakarta, MS

Teror terhadap para penegak hukum di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), berlanjut. Usai, kasus penyiraman air keras kepada penyidik senior KPK Novel Baswedan, kini pimpinan Korps Anti Rasuah jadi target. Rumah Ketua KPK, Agus Rahardjo dan kediaman Wakil Ketua, Laode Muhamad Syarif diduga dilempar bom Molotov.

Peristiwa memiriskan itu terjadi Rabu (9/1) dini hari. Pun begitu, hingga kini belum diketahui motif dari teror dugaan bom Molotov terhadap dua pimpinan lembaga super body itu. Nada kutuk terhadap pelaku serta dukungan kepada KPK mengalir deras. Aparat kepolisian, didesak untuk mengusut tuntas kasus tersebut.

Informasi yang diperoleh, rumah Laode yang terletak di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan dilempari 2 bom molotov oleh orang tidak dikenal sekitar pukul 01.00 WIB. Peristiwa ini sendiri baru diketahui sekitar pukul 05.30 WIB, setelah sopir Laode yang akan melakukan penjemputan. Ia menemukan ada botol minyak tanah di lantai 2.

Seorang saksi mengaku sempat mendengar bunyi pecahan kaca sebelum akhirnya mengetahui adanya molotov di rumah Laode. "Dengar kayak pecahan kaca gitu. Tapi (saya) nggak sempet keluar (rumah)," kata saksi bernama Suwarni (59) di lokasi, Rabu kemarin.

Suwarni tinggal di seberang rumah Laode, yang berjarak sekitar lima meter. Suwarni juga mengaku sempat melihat api keluar dari molotov di depan rumah Laode pada pukul 05.00 WIB.

Suwarni menjelaskan saat itu dia melihat sopir Laode bernama Bambang menyambangi rumah Laode. Bambang memang setiap pagi ke rumah Laode untuk menjemput majikannya itu. "Saya tanya ke Pak Bambang, ‘Ada apa Pak?’, ‘Ada bom molotov,’ kata Pak Bambang," lanjutnya.

Menurut Suwarni, molotov itu ditemukan di dekat garasi rumah Laode. Salah satunya sudah pecah. "Ya itu botol bekas minuman putih bening gitu di pojok, terus ada apinya lumayan besar. Ada sumbunya apinya masih nyala. Di dalam botol itu masih ada bensin atau spiritus apa gitu kata Pak Bambang. Itu kalau jatuh itu sampingnya mobil yang biasa dipakai nganter ke sekolah," jelasnya.

Kemudian disusul dengan dengan dugaan teror bom Molotov di Rumah Ketua KPK Agus Rahardjo di bilangan di Perum Graha Indah, Jatimekar, Jatiasih, Kota Bekasi. Peristiwa ini terjadi selang beberapa jam dengan pelemparan molotov ke rumah Laode. Benda mirip bom pipa paralon, detonator serta semen putih ditemukan tergantung di pagar rumah Agus.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono, tak menampik adanya dugaan teror bom Molotov di rumah kedua pimpinan KPK tersebut.

"Di kediaman Pak Laode ada bom molotov, botol isi bahan bakar, dua biji dilemparkan. Sekali tidak menyala, utuh, yang (molotov) kedua pecah," ungkap Argo kepada wartawan di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jaksel, Rabu (9/1/2019).

Sedangkan di rumah Ketua KPK Agus Rahardjo ditemukan benda mirip bom pipa paralon. Benda mirip bom yang digantungkan di pagar rumah Agus masih diidentifikasi. "Kita cek sama Labfor dan Inafis," timpalnya.

Senada diungkap Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo. "Patut diduga (rakitan bom). Tapi itu masih proses pemeriksaan dari Puslabfor dan Inafis Polri," tandasnya.

DPR KUTUK, DESAK USUT DAN SUPPORT KPK

Peristiwa teror bom di kediaman dua pimpinan KPK, mendapat perhatian serius dari DPR. Ketua DPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengutuk keras kejadian tersebut. Polri didesak segera mengungkap pelaku teror itu.

"Mengutuk keras aksi yang tidak bertanggung jawab kepada pimpinan KPK. Saya telah meminta Polri usut tuntas dan temukan pelaku serta dalangnya. Kita tidak bisa membiarkan orang seenaknya melakukan aksi-aksi yang tidak bertanggung jawab dan membuat suasana ketakutan masyarakat," kata Bamsoet di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (9/1).

Teror bom terhadap Agus dan Laode dinilai merupakan upaya menakut-nakuti dari pihak yang tak bertanggung jawab. Ia menyebut pelaku sengaja ingin membuat situasi mencekam menjelang Pemilu 2019.

"Ini hanya menakuti-nakuti, kalau teori perang kota, ini salah satu cara-cara membuat masyarakat tercekam atau suasana mencekam. Sekali lagi, saya minta kepada kepolisian, penegak hukum, ini tidak boleh dibiarkan. Apalagi tahun politik, jangan sampai suasana demokrasi, pesta politik dengan aksi seperti ini menjadi mencekam," ujar politikus Golkar itu.

Ia lantas memberikan dukungan kepada KPK, khususnya kepada Agus dan Laode. KPK diminta untuk tak gentar menjalankan tugas dan fungsinya sebagai lembaga antirasuah. "Jangan takut, maju terus, karena yang Saudara lakukan adalah berguna bagi masyarakat kita," ucap Bamsoet.

Senada ditegaskan Wakil Ketua Komisi III Erma Suryani Ranik. Polisi diminta segera menangkap pelaku dan mengungkap motif teror itu. "Bahaya sekali. Saya minta polisi usut tuntas," tegasnya.

Teror bom itu dinilai sebagai aksi yang disengaja. Erma menilai aksi itu terstruktur dan sistematis."Pasti disengajalah. Terstruktur dan sistematis kayak gitu," ujarnya.

Serupa dilontarkan anggota Komisi III DPR Masinton Pasaribu. "Ini aksi teror terencana karena dilakukan bersamaan di tempat yang berbeda. Dan teror ini sama-sama ditujukan ke rumah pimpinan KPK, Saudara Agus Rahardjo dan Laode Syarif," kata Masinton saat dihubungi terpisah.

"Tidak cukup hanya dengan mengutuk pelaku teror tersebut. Kita harus dorong langkah cepat kepolisian mengusut dan menangkap pelakunya. Serta mengungkap motif teror tersebut," timpalnya.

ISTANA IKUT BERSUARA NYARING

Suara keras juga datang dari istana. Kepolisian diintruksikan untuk segera mengusut tuntas dugaan teror bom di kediaman dua pimpinan KPK.

"Bom di mana saja, siapa pun yang membuat bom itu. Berusaha menakut-nakuti ya ditangkap saja. Kita ada peraturan perundangan dan hukum, kita terapkan dengan tegas, selesai," lugas Menko Polhukam Wiranto, Rabu kemarin.

Setiap tindakan melawan hukum disebut ada aturan hukumnya.  "Jangan kita ributkan, ada saja orang seperti itu. Kita tinggal usut, polisi sudah tangkap, sudah ada identifikasi manusianya siapa, kejar tangkap, proses, latar belakangnya apa, ada hukumnya semua di situ," jelasnya.

Serupa didendangkan Stafsus Presiden bidang komunikasi, Johan Budi. "Saya yakin Polri segera melakukan proses penyelidikan kalau sudah memperoleh informasi atau laporan kejadian itu. Saya sendiri belum tahu persisnya sejauh mana kalau itu dikatakan teror kepada pimpinan KPK,” ujar Eks juru bicara KPK itu.

“Tentu tidak boleh di dalam negara yang berdemokrasi dan berdasarkan hukum ini ada pihak-pihak yang melakukan upaya-upaya semacam intimidasi kepada penegak hukum, dalam hal ini pimpinan KPK," sambungnya.

Ia pun enggan berspekulasi bahwa teror di kediaman Agus dan Syarif terkait kasus baru yang diusut KPK.. "Tidak bisa langsung dikaitkan dengan adanya pengungkapan kasus baru. Bisa saja ada masalah pribadi, atau bisa juga dikaitkan dengan penanganan kasus. Dan itu bisa saja tidak satu kasus. Bahkan intimidasi dan teror bisa dalam bentuk tidak fisik. Misalnya magic atau sejenisnya. Pernah di KPK ditemukan bungkusan kain putih yang berisi sepotong kulit dan rambut dengan ada tulisan-tulisannya," tandasnya.

KPK SERAHKAN KE POLRI

KPK menyerahkan urusan teror pada kedua pimpinannya ke Polri. Korps Anti Rasuah juga siap berkoordinasi terkait pengusutan pelaku teror tersebut.

"Terkait dengan peristiwanya dan pencarian informasi siapa pelaku dan kronologis lainnya, KPK mempercayakan hal tersebut pada proses di Polri. Nanti tentu Polri juga akan menjelaskan pada publik perkembangan yang bisa disampaikan. Tim dari KPK juga sudah berkoordinasi di lokasi sejak pagi bersama Polri," ucap Kabiro Humas KPK Febri Diansyah, Rabu (9/1).

Seharian ini menurut Febri ada sejumlah kegiatan pimpinan yang tetap dilakukan seperti biasa. Teror yang terjadi pada kedua pimpinan, Agus Rahardjo dan Laode M Syarif, disebut Febri tidak mengganggu kegiatan itu.

"Beberapa kegiatan yang dilakukan pimpinan dari pagi seperti menjadi narasumber di Kemendikbud tentang Pelaksanaan Anggaran Pemerintah yang bebas dari KKN, menerima audiensi dari Kedutaan Norwegia, rapat hasil kajian dengan Kementerian Kesehatan tentang alkes," ucap Febri.

Kegiatan KPK juga disebut Febri berjalan seperti biasa. Seluruh pimpinan disebut tetap beraktivitas di kantor.  "Kedua pimpinan sedang di kantor. Beraktivitas sesuai dengan tugas masing-masing," ungkapnya.

Pun begitu KPK juga mengapresiasi Polri yang bertindak cepat menangani peristiwa teror tersebut. "Dan juga terima kasih pada tim Polri karena respons yang cepat dalam penanganan ini. Kita semua tentu menunggu bagaimana perkembangan penanganannya," tandasnya.

POLISI BENTUK TIM GABUNGAN

Bak gayung bersambut, Polri langsung bereaksi menyikapi teror bom di rumah kedua pimpinan KPK. Korps Bhayangkara besutan Jenderal Polisi Tito Karnavian  itu telah  membentuk tim gabungan untuk menyelidiki kasus teror bom tersebut. Kepala Detasemen Khusus (Kadensus) 88 Irjen Syafii ikut dilibatkan.

"Dari tim Mabes Polri yang Kadensus, dari Polda Metro Jaya ada Inafis Puslabfor, kita bentuk tim untuk mengungkap siapa pelakunya," ucap Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono Rabu kemairn.

Argo mengatakan sudah ada sejumlah saksi yang sudah diperiksa. Namun saat ini, menurutnya, belum ada kejelasan siapa terduga pelaku dalam teror itu. "Kalau sudah ada titik terang, kami sampaikan," ucapnya.

Pihaknya pun masih mendalami motif di balik teror tersebut. "Sejauh ini masih penyelidikan, kita belum bisa memastikan apa motifnya," bebernya.

Argo mengatakan pihaknya belum bisa memastikan apakah teror itu berkaitan dengan profesi keduanya sebagai pimpinan KPK.  "Kita belum bisa menyimpulkan ke arah situ," ungkapnya.

Pun begitu, kedua pimpinan KPK itu akan dimintai keterangan untuk mengetahui motif teror tersebut. "Iya tentunya semua yang mengetahui, melihat, dan mendengar akan kita mintai keterangan," beber Argo.

Pemeriksaan saksi baru sebatas kalangan keluarga keduanya. "Kita kan interview ke keluarga, ada yang jaga di rumah situ. Yang pasti kasus ini akan kita usut hingga tuntas," kuncinya.(dtc)

 


Komentar

Populer Hari ini



Sponsors

Daerah

Sponsors


Mail Hosting