PERTARUNGAN INTERNAL SENGIT, KURSI SENAYAN PANAS


Manado, MS

Panggung politik Nyiur Melambai memanas. Teranyar, pertempuran sengit kans tersaji dalam perebutan enam kursi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI). Manuver calon pendatang baru membuat pertarungan semakin seru. Ketangguhan calon petahana diuji. Pertarungan di internal partai diprediksi ketat.

Perebutan kursi DPR dari daerah pemilihan Sulawesi Utara (Sulut) disebut akan membuat konstelasi politik meninggi. Tak hanya persaingan eksternal antar partai politik (parpol), medan pertarungan terpanas jutru dinilai akan muncul di internal partai.

Pengamat politik Sulut, Taufik Tumbelaka menyebut, sistim baru dalam penghitungan suara di Pileg 2019 mendorong para elit politik merubah strategi. Dari pengamatannya, sejumlah parpol di Sulut mengandalkan ketokohan dan kemampuan tiap calon legislatif (caleg) sebagai senjata andalan untuk meraup suara signifikan. Hal itu membuat deretan figur-figur populis masuk dalam daftar caleg.

“Makanya jangan heran jika partai sekelas PDIP, Golkar atau Nasdem menyusun formasi all star untuk memperebutkan kursi DPR-RI, karena sistimnya sudah baru, tak sama lagi dengan sistim penghitungan suara dan pembagian kursi di pileg sebelumnya,” jelas Taufik, Minggu (17/2).

Sistim penghitungan suara di Pileg 2019, kata dia, menggunakan metode sainte lague. Sistim ini dinilai akan sangat menguntungkan bagi parpol-parpol yang mengusung figur-figur kuat dalam formasi daftar caleg.

“Kalau parpol hanya bergantung pada popularitas satu atau dua caleg saja itu akan sulit. Sebab dalam penghitungan sainte lague siapa parpol peraih suara terbanyak dia yang akan mendominasi perolehan kursi. Sebaliknya, parpol dengan akumulasi suara yang sedikit akan susah mendapat kursi, meski ada satu atau dua calegnya yang memiliki suara signifikan,” papar akademisi jebolan Universitas Gajah Mada itu.

Metode sainte lague yang mengharuskan parpol memunculkan figur-figur kuat didaftar caleg, di sisi lain akan memicu pertempuran sengit dalam perebutan kursi di internal partai. Persaingan ketat yang akan menarik disimak yaitu pertempuran para pendatang baru versus petahana.

 

PETAHANA TERANCAM

Peluang wajah baru untuk mengisi kursi parlemen dari dapil Sulut semakin terbuka lebar menyusul absennya sederet figur kuat petahana yang mendominasi perolehan suara di Pileg 2014 lalu. Sebut saja Olly Dondokambey (PDIP) dan Yasti Soepredjo (PAN) yang memilih ‘banting setir’ ke jalur eksekutif, serta Aditya Moha (Golkar) tertimpa kasus hukum.

Di kubu petahana hasil Pileg 2014, figur yang kembali bertarung yaitu Vanda Sarundajang (PDIP) dan EE Mangindaan (Demokrat). Selain itu, ada tiga petahana yang kecipratan kursi Pergantian Antar Waktu (PAW) di DPR, masing-masing Djenry Alting Keintjem yang menggantikan posisi Olly Dondokambey, Bara Hasibuan menggantikan Yasti Soepredjo dan Jerry Sambuaga pengganti Aditya Moha. Ketiganya ikut serta dalam Pileg tahun ini.

“Pasti akan seru, bagaimana petahana membangun strategi untuk mempertahankan kursi dan terobosan-terobosan yang dilakukan figur pendatang baru. Sejauh yang saya amati, untuk Sulut persaingan ketat itu akan terjadi di internal PDIP dan Golkar. Selain memiliki calon petahana, keduanya menampilkan figur-figur kuat di line up DPR,” ujar Tumbelaka.

Kubu PDIP Sulut sendiri berhasrat merebut 3 kursi DPR dan menampilkan formasi all star dengan deretan figur pendatang baru yang tangguh. “Perolehan suara di pileg 2014 jadi acuan kita, sehingga tahun ini kita optimis tiga kursi,” ungkap Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PDIP Sulut, Lucky Senduk, belum lama ini.

“Meski tahun ini pak Olly tak maju, tapi ada figur Adriana Dondokambey sebagai implementasinya pak Olly. Ada juga amunisi baru yang akan menambah potensi kita dalam meraup suara,” jelas Senduk optimis.

Taufik Tumbelaka menilai, dengan masuknya wajah-wajah baru potensial, maka partai besutan Megawati Soekarno Putri ini merupakan salah satu parpol di Sulut yang persaingan di internalnya dinilai sangat ketat.

“Figur-figur yang masuk formasi calon DPR tahun ini diisi oleh sejumlah tokoh yang tak perlu diragukan lagi kemampuannya. Figur baru seperti Adriana Dondokambey, Herson Mayulu, Jantje Sajow hingga Jeffry Wurangian, mereka akan jadi pesaing kuat bagi petahana,” tanggapnya.

Barisan petahana kubu ‘Moncong Putih’ seperti Vanda Sarundajang dan Djenry Keintjem bahkan dinilai bisa terancam jika lengah. Keduanya harus ekstra kerja keras untuk menerobos persaingan yang begitu ketat di internal partai.

“Kalau perolehan suaranya mengacu pada hasil Pileg 2014 lalu, petahana akan sulit. Perolehan suara untuk Djenry lima tahun lalu itu tidak menjamin untuk bisa lolos, harus lebih digenjot. Vanda justru lebih berpeluang, karena suaranya di Pileg lalu lumayan besar. Tapi itu juga tak bisa dijadikan acuan, sebab di pileg kali ini hak istimewanya tidak ada lagi,” beber Bang Taufik.

“Artinya, untuk bisa lolos ke DPR dua petahana di PDIP ini harus bertarung habis-habisan. Apalagi di internal, lawan mereka adalah figur-figur yang memiliki popularitas dan kekuatan yang besar,” timpalnya.

Sementara kubu Partai Golkar sendiri menyusun formasi yang tak kalah kuat. Selain petahana Jerry Sambuaga, skuad yang dibangun Beringin untuk menggempur arena pertarungan menuju Senayan diisi oleh sederet figur potensial, diantaranya ada sosok Adrian Jopie Paruntu, Marhany Pua, Djelantik Mokodompit, Imelda Rondonuwu dan Hermin Ririswati.

“Golkar setahu saya targetnya tidak muluk-muluk, mungkin cuma satu kursi untuk DPR. Tapi justru analisa saya mereka bisa dapat lebih, dua kursi bisa,” ujar Tumbelaka.

“Sistem perhitungan kursi di pemilu tahun ini kan beda, partai yang memiliki formasi lengkap dan kuat otomatis peluang mendapat kursi akan lebih besar. Nah, Golkar memiliki itu. Enam calon yang diusung semuanya potensial untuk meraup suara di masing-masing wilayah basisnya, dan saya rasa bisa diakumulasikan untuk dua kursi,” jelasnya lagi.

Di satu sisi, peluang petahana di internal Golkar juga dinilai terancam. Ketangguhan sederet figur baru dalam formasi DPR yang dibangun kubu Beringin membuat petahana harus ekstra kerja keras. Apalagi dengan kemunculan figur andalan seperti Adrian Jopie Paruntu yang notabene putra Ketua DPD Partai Golkar Sulut, Christiany Eugenia Paruntu, sekaligus Bupati Minahasa Selatan (Minsel). Selain itu ada pula nama-nama tenar seperti Marhany Pua dan Djelantik Mokodompit.

“Kalau melihat kemampuan petahana dari Golkar mengacu dari hasil perolehan suara di pileg 2014, maka akan sulit. Peluang tetap ada, namun harus kerja ekstra meraup suara. Karena figur-figur yang jadi lawan di internal rata-rata kuat dan punya basis suara yang besar. Apalagi AJP, pasti ada hak istimewanya,” nilai Tumbelaka.

Kubu Golkar Sulut juga telah menyatakan keyakinan mereka untuk merebut 2 kursi di Pileg 2019. "Target kita maksimal, minimal 2 kursi untuk DPR, dan tentu kami semua optimis (target) akan tercapai," kata Ketua DPD I Partai Golkar Sulut, Christiany Eugenia Paruntu.

“Target yang besar tentu dibarengi usaha yang besar pula, dan sejauh ini konsolidasi terus jalan, utamanya di basis suara Golkar, seperti Tomohon, Kotamobagu, Bolmong dan Sangihe,” tandas Srikandi Beringin yang akrab disapa Tetty itu.

 

NASDEM MENGUAT, DEMOKRAT DAN GERINDRA SURUT

Konstelasi politik di Nyiur Melambai dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan dipandang telah mengalami perubahan signifikan. Peta kekuatan salah satunya mengacu pada posisi parpol yang mendapat dukungan kepala daerah.

Pengamat politik Dr Ferry Daud Liando menilai, faktor dukungan kepala daerah bagi suatu parpol akan berdampak besar pada perolehan suara di Pileg. Semakin banyak parpol menguasai kepala daerah maka peluang untuk mendapatkan kursi ke DPR-RI akan lebih dominan.

“Karena pengalaman selama ini, caleg yang didukung kepala daerah selalu sukses meraih kursi. Itulah sebabnya mengapa di legislatif banyak didominasi oleh kerabat kepala daerah,” sebut Liando.

Peluang ini dimiliki Nasdem, salah satu parpol yang kini menjelma menjadi mesin politik tangguh dengan dukungan lima kepala daerah. Pengamat politik Taufik Tumbelaka berpendapat, sebagai parpol yang ditopang kekuatan besar di Sulut, partai besutan Surya Paloh itu dipandang akan mampu meraup suara signifikan.

“Ada dua faktor yang mempengaruhi Nasdem. Pertama figur-figurnya bagus,  contohnya ada Felly Runtuwene, Benny Mamoto atau Hillary Lasut. Kedua, mereka ikut ditopang kekuatan eksekutif di lima kabupaten dan kota yang kepala daerahnya dari Nasdem. Ditambah lagi ada Elly Lasut yang tentu akan memperjuangkan anaknya untuk bisa meraup suara sebanyak-banyaknya,” papar Tumbelaka.

Dia menyebut, saat ini Nasdem di Sulut telah menjelma menjadi sebuah kekuatan politik yang besar, bahkan menjadi saingan berat bagi parpol sekelas PDIP dan Golkar. “Jika Nasdem berhasil memenuhi syarat 4 persen secara nasional, maka untuk dapil Sulut peluangnya ada dua kursi di DPR. Analisa saya mereka pasti lolos parlementary threshold, karena di tingkat nasional Nasdem merupakan mitra kerja paling strategis yang dimiliki PDIP saat ini, dengan kata lain PDIP pasti tak ingin kehilangan sekutunya di parlemen,” tandas akademisi jebolan Universitas Gajah Mada itu.

Kondisi berbeda, sebut Tumbelaka, akan dialami Partai Gerindra dan Demokrat. Tanpa menafikkan kemampuan yang dimiliki figur-figur yang ada, namun untuk pertarungan di DPR, dia menilai peluang dua parpol ini terbilang kecil.

“Sebenarnya dua partai ini punya figur yang hebat. Gerindra punya tokoh sekelas Wenny Warouw. Begitu juga Demokrat mengusung figur seperti EE Mangindaan dan James Karinda. Tapi seperti yang saya sampaikan, sistim di pemilu kali ini berbeda dengan sistim sebelumnya. Tak bisa hanya mengandalkan satu atau dua figur saja, semua lini harus kuat sebagai syarat untuk bisa memperoleh kursi,” papar Tumbelaka.

“Sederhananya seperti ini, dalam metode sainte lague tidak ada yang namanya superhero, dalam artian parpol akan sulit jika mengandalkan satu atau dua jagoan saja. Kalau ada enam calon, keenamnya harus mampu meraup suara yang signifikan baru parpol akan kebagian jatah kursi,” ujarnya lagi.

 

TIGA PARPOL DIPREDIKSI KUASAI KURSI SENAYAN

Diakui, pertarungan Pileg DPR untuk Dapil Sulut sangat ketat. Komposisi caleg yang disusun parpol akan jadi penentu perolehan kursi di Senayan.

Tumbelaka menyebut bahwa dari analisanya ada tiga parpol di Sulut yang berpeluang mendapatkan kursi DPR. Masing-masing PDIP, Golkar, dan Nasdem.

“Karena sejauh ini hanya PDIP, Golkar dan Nasdem yang saya lihat memiliki komposisi caleg yang komplit, artinya hampir semua lini diisi oleh figur-figur yang berpotensi meraup suara besar,” tuturnya.

Bahkan dia berpendapat, perolehan kursi yang akan diperoleh tiga parpol tersebut sama rata. “Untuk jatah enam kursi di Sulut PDIP berpotensi dua kursi. Golkar juga saya lihat berpeluang mendapat dua kursi. Untuk Nasdem, yang saat ini didukung kekuatan kepala daerah yang banyak juga berpeluang dapat dua kursi,” urai sosok yang getol mengamati perkembangan politik di Sulut.

“Ini hanya analisa pribadi saya, tentu masing-masing parpol punya targetnya dan kita harus hormati itu. Tapi kalau dari kacamata saya dan juga dari kajian-kajian yang ada, peluangnya kira-kira seperti itu,” pungkas Tumbelaka.

Dibalik analisa yang berkembang, kubu Demokrat tetap optimis. Meski diakui kontribusi dari kepala daerah di Sulut minim, namun target memperoleh kursi DPR diyakini akan mampu diwujudkan di ajang Pileg 2019 ini. Kubu Bintang Mercy bahkan mematok target kursi akan melebihi capaian di pileg 2014 lalu.

"Sebelumnya kan cuma satu kursi, sekarang  kita targetkan dua," lugas salah satu punggawa Partai Demokrat Sulut, Siska Mangindaan, Minggu (17/2).

"Kita optimis lah, kalau gak optimis untuk apa ikut pemilu," ujarnya lagi.

Personil DPRD Sulut, yang duduk di Komisi IV ini menegaskan langkah mereka saat ini yang telah menjangkau pelosok daerah, bahkan sampai ke pulau-pulau di Sulut dalam rangka konsolidasi. "Intinya untuk DPR sudah maksimal, sebisa mungkin kita bisa memenangkan pileg 2019," papar putri Ketua DPD Partai Demokrat Sulut E.E Mangindaan ini.

Soal kader yang diusung ke DPR-RI  menurutnya, sudah melalui proses penjaringan Dewan Pimpinan Pusat (DPP). Sehingga menurutnya, kualitas mereka sudah ditentukan pimpinan pusat.  "Jadi kalau soal kader yang diutus  penilaiannya dari DPP. Pastinya semua punya kompetensi. Kita yakin mampu memenangkan pileg meski keadaannya tak seperti lalu memiliki kuasa," kuncinya.

Kubu Gerindra Sulut sebelumnya juga menyatakan optimis mempertahankan posisi yang ada. “Realistisnya  itu mutlak satu. Syukur kalau dapat dua,” ungkap Ketua DPD Partai Gerindra Sulut, Wenny Lumentut, belum lama ini.

“Di Manado itu adalah pemilih terbanyak, tapi harus berusaha sebanyak mungkin suara. Supaya kita bisa berkiprah lebih dominan,” tandas salah satu figur andalan Gerindra yang bertarung di Pileg DPR-RI itu. (***)


Komentar

Populer Hari ini





Sponsors

Daerah

Sponsors


Mail Hosting