PDIP SULUT DI ATAS ANGIN


Manado, MS

Eskalasi politik Nyiur Melambai bergetar. Hasil survei Poltracking mengklaim elektabilitas Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) membubung tinggi. Hawa panas berebut simpati rakyat di pemilihan legislatif (pileg), kans tersaji.

Teranyar, setelah hasil survei Poltracking diumbar ke publik, sejumlah partai politik (parpol) sesama kontestan Pemilihan Umum (Pemilu) 2019, mulai pasang kuda-kuda. Selain menyiapkan survei internal, gerak konsolidasi hingga sosialisasi besar-besaran kian masif. Itu artinya, hasil survei elektabilitas yang berasal dari ‘rumah perjuangan’ ini, telah memantik reaksi kerja keras parpol lain.

Seperti disampaikan Juru Bicara (Jubir) Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I Partai Golongan Karya (Golkar) Sulut, Feryando Lamaluta. Meski mengapresiasi kinerja Poltracking, dia memastikan pihaknya akan membuat survei internal. Itu akan dirilis akhir Februari ini. “Tentu bersyukur akan survei tersebut. Ini mendorong pihak kami untuk bekerja lebih baik ke depan. Konsolidasi hingga kini tetap dilakukan dalam rangka mencapai target dari partai Golkar Sulut. Namun, tanggal 17 April mendatang kinerja teman-teman caleg akan terlihat,” jelasnya.

Lewat langkah mendongkrak jumlah suara, kata dia, Golkar berasumsi bisa tercapai target. Hal itu tergambar dalam simulasi kursi yang mereka buat dapat dipastikan meningkat.  “Golkar punya potensi untuk menaikkan kursi. Mudah-mudahan target kursi 1 di DPR-RI akan menjadi 2. Kemudian 12 kursi di provinsi bisa dicapai. Karena kami tetap berpegang suara rakyat suara Golkar,” beber Wakil Ketua I  DPD I Golkar Sulut Bidang Organisasi ini.

Selain itu, keberadaan 3 kepala daerah di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel) dan Kota Tomohon. Pihaknya yakin, tiga kepala daerah ini akan secara maksimal mendongkrak perolehan suara di pemilu nanti. “Pastinya dengan bekerja sesuai aturan. Tetap mengikuti apa yang disampaikan KPU dan Bawaslu,” tutur Lamaluta.

Terpisah, Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Sulut, Victor Mailangkay mengatakan, hasil survei Poltracking tersebut menunjukkan bahwa Partai Nasdem di Sulut kecenderungan naik dari waktu ke waktu. “Hal ini sangat mengembirakan dan memotivasi jajaran Partai Nasdem untuk tetap bekerja keras dan bekerja cerdas dalam meraup suara pemilih di Sulut,” ungkapnya.

Giat Partai Nasdem Sulut saat ini, menurutnya, dengan memantapkan konsolidasi organisasi. Selanjutnya, memperluas jaringan kerja caleg dalam mendekatkan diri pada pemilih. “Di seluruh strata dan komponen masyarakat Sulut,” tegasnya seraya menambahkan, pihaknya tetap yakin meraih posisi di DPR-RI minimal 1 kursi untuk Dapil Sulut.

Sementara itu, pengamat politik Sulut, Dr Ferry Daud Liando, menyikapi rangking parpol berdasarkan hasil survei Potracking dengan berbagai analisa. Menurut dia, konflik internal dan dinamika politik yang melanda internal sejumlah parpol dinilai jadi salah satu pemicu.

Bagi Liando, ada beberapa faktor yang memungkinkan survei menempatkan PDIP di posisi teratas. Salah satunya, kelembagaan kuat yang saat ini dimiliki kubu Banteng Moncong Putih. Dia pun menyebut, soliditas barisan pengurus PDIP mulai dari tingkat pusat hingga di tingkat ranting sangat erat. "Harus diakui bahwa satu-satunya parpol yang paling solid saat ini adalah PDIP. Sementara untuk sebagian besar parpol lainnya masih bergumul dengan konflik-konflik internal. Saya kira dampak perseteruan internal menjadikan konsolidasi sangat lemah serta memicu turunnya elektabilitas sejumlah parpol," tanggap Liando.

Dijelaskannya, hasil survei yang dilakukan semua lembaga mengacu pada penilaian dan pengamatan publik. "Dengan kata lain image publik terhadap parpol yang kerap konflik tentu buruk. Sebab mengurus parpol saja nggak mampu apa lagi diserahkan tanggungjawab mengurus negara. Nah, ketika opini seperti itu berkembang dibenak publik maka otomatis akan terjadi penurunan kepercayaan kepada parpol-parpol tertentu," paparnya.

Dosen Fakultas Ilmu Sosial Politik di Universitas Samratulangi (Unsrat) itu beranggapan, faktor lain yang ikut mendongkrak elektabilitas PDIP di Sulut, yaitu statusnya sebagai parpol yang mengusung pemimpin di lembaga eksekutif tingkat satu. "Untuk provinsi Sulut, gubernurnya berasal dari PDIP. Pengaruh ini sangat besar, sebab publik menilai keberhasilan suatu daerah dari peranan pemerintah. Jelas efek itu akan berdampak secara langsung pada elektabilitas parpol yang mengusung kepala daerahnya," tandas Liando.

Terkait posisi tiga parpol teratas berdasarkan hasil survei, yakni PDIP, Golkar dan Nasdem, Liando menilai, pengaruhnya cenderung pada kepemilikan kader parpol sebagai kepala daerah. "Saat ini memang di Sulut tiga parpol ini (PDIP, Golkar, Nasdem) yang dominan mengoleksi kader kepala daerah," ujarnya.

Untuk keakuratan hasil survei Potracking, dia menyebut, bahwa untuk bisa penilaian akan sangat tergantung momentum. "Politik itu sangat dinamis, selalu berubah-ubah setiap waktu. Perjalanan waktu hingga 17 April 2019, peta politik kemungkinan besar masih bisa berubah," tutur dia.

Bahkan, hal itu dinilai tak bisa dijadikan acuan untuk pemilu legislatif di daerah. "Karena dinamis maka sewaktu-waktu bisa saja berubah. Misalnya, hari ini masyarakat puas, besok atau minggu depan belum tentu. Kan survei mengukur tingkat kepuasan, kecuali hasil hari ini bisa bertahan sampai penyelenggaraan pemilu," sebut Liando.

Untuk pileg, termasuk DPR-RI, menurutnya, masyarakat akan lebih melihat dan mempertimbangkan ketokohan suatu figur ketimbang parpol. "Makanya seperti yang saya bilang, parpol akan meraup suara dominan jika formasi calegnya diisi oleh figur-figur yang berkualitas dan bagus di mata publik. Tapi untuk DPR-RI, belum tentu juga, karena ada syarat parlementary threshold untuk bisa mengirim utusan ke parlemen. Bisa saja ada parpol kuat di daerah namun secara keseluruhan tidak memenuhi syarat minimal 4 persen secara nasional," kunci Liando.

Untuk diketahui, survei elektabilitas parpol ala Poltracking ini menggunakan metode stratified multistage random sampling. Sebagai populasi survei, warga negara Indonesia di Dapil Sulut yang sudah memiliki hak pilih dan minimal berusia 17 tahun atau sudah menikah pada saat wawancara serta bukan anggota TNI atau Polri. Jumlah sampel dalam survei ini adalah 1.000 responden dengan margin of error +/- 3.1 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Metode pengumpulan data adalah responden terpilih diwawancara secara tatap muka menggunakan kuesioner oleh pewawancara yang telah dilatih.

Hasil itu menempatkan PDIP jauh dari lawan-lawannya. Bahkan, Golkar meski menempati urutan kedua, elektabilitasnya hanya 9,3 persen dan Nasdem di urutan ketiga 5,9 persen. Diprediksi PDIP menjadi juara pada pemilu 2019 Dapil Sulut dengan perolehan 4 kursi dari total 6 kursi yang tersedia. Sebab, dari 43 persen elektabilitas jika dikonversi ke perolehan suara mencapai 824.187 suara. Apabila menggunakan metode Saint League, PDIP kans meraup 4 kursi.

PDIP TETAP KERJA KERAS

Hasil survei internal bekerjasama dengan Poltracking, menempatkan elektabilitas PDIP dalam posisi tertinggi. Meski begitu, partai besutan Megawati Soekarnoputri ini, tidak mau jumawa.

Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PDIP Sulut, Lucky Senduk mengakui, data survei tersebut menandakan masyarakat masih memilih PDIP untuk menjadi saluran aspirasi. Namun, itu tandanya pengurus dan kader PDIP harus lebih bekerja keras dan tidak serta merta membuat PDIP menjadi ‘over confidence’.

“Kita harus tetap bekerja mencapai target 50 persen suara. Ini akan menjadi bahan kerja PDIP selama 53 hari jelang Pemilu,” tegas Senduk.

Saat ini, ia mengaku, pihaknya giat bergerak memantapkan konsolidasi di tiap daerah. Daerah-daerah yang belum signifikan akan didongkrak pihak PDIP supaya bisa merebut hasil maksimal. “Supaya bisa mencapai target-target yang diinginkan sesuai mandat Ketua Umum Megawati Soekarnoputri,” ucapnya.

Dirinya menjelaskan, Ketua DPD PDIP Sulut Olly Dondokambey telah menegaskan kepada seluruh kader supaya bekerja lebih keras. Utamanya kepada caleg-caleg supaya intens turun  bersosialisasi dan membaur dengan masyarakat. “Caleg-caleg diminta supaya lebih giat lagi turun ke masyarakat dan door to door,” urainya.

Ditambahkan Ketua DPC PDIP Kabupaten Bolsel, H Herson Mayulu SIP, hasil survei tersebut membuktikan masyarakat Sulut masih mempercayai dan menaruh harapan besar kepada para calon wakil rakyat dari PDIP di Pemilu 2019. “Ini membuktikan bahwa para kader PDIP harus terus bekerja dan memberikan yang terbaik kepada rakyat Sulut. Sesuai hasil survei, elektabilitas PDIP berada di posisi 43,2 persen. Ini bukti bahwa semua kader bekerja dan membuktikan kepada masyarakat Sulut,” tandas Om Oku sapaan akrabnya.

Capaian itu tidak lepas dari peran Ketua DPD PDIP Sulut Olly Dondokambey yang juga Gubernur Sulut. Bagi dia, figur Olly sangat berpengaruh. “Terbukti tingkat kepuasan masyarakat Sulut terhadap Gubernur Sulut Olly Dondokambey dan Wakil Gubernur Steven Kandouw berada di posisi 76.9 persen. Begitu pula elektabilitas Capres dan Cawapres Jokowi-Maaruf di Sulut berada di posisi 71,9 persen. Kepuasan masyarakat kepada Gubernur dan Wakil Gubernur berdampak ke partai,” nilai Bupati Bolsel dua periode ini.

EFEK EKOR JAS DI PILPRES

Meroketnya elektabilitas PDIP di Sulut juga dipandang sebagai salah satu efek dari penyelenggaraan pemilu secara serentak.

Menilik hasil survei Potracking, pengamat politik Sulut Dr Ferry Daud Liando menyebut, itu bisa saja memproyeksikan bagaimana nanti hasil pemilihan presiden di wilayah Sulut. "Artinya hasil survei ini bisa sebagai pertanda bahwa Jokowi berpotensi akan dominan di Sulut. Jika hal ini terbukti maka maka secara otomatis parpol yang mengusung Jokowi yakni PDIP akan lebih diuntungkan," sebutnya.

"Dari aspek teori ada istilah yang disebut efek ekor jas, yakni dukungan terhadap capres akan diikuti publik dengan dukungan terhadap parpol. Misalnya, karena masyarakat di Sulut mungkin banyak yang lebih menyukai Jokowi, maka PDIP sebagai parpol yang dianggap jadi implementasi Jokowi ikut meraup keuntungan," tandas Liando.

Fenomena ini, kata senior member GMKI ini, bukanlah sesuatu yang baru dalam penyelenggaraan pemilu. "Waktu pemilu 2009, partai Demokrat mendominasi perolehan suara karena kesenangan publik terhadap Susilo Bambang Yudoyono. Jadi efek ekor jas saya kira pengaruhnya cukup besar juga untuk menggenjot elektabilitas parpol," kuncinya.(hendra damopolii/jeksen kewas/arfin tompodung)

 

ELEKTABILITAS PARPOL DI SULUT MERUJUK SURVEI POLTRACKING

1. PDIP – 42,3 persen

2. GOLKAR – 9,3 persen

3. NASDEM – 5,9 persen

4. GERINDRA – 5,6 persen

5. PKS – 1,7 persen

6. PPP – 1,6 persen

7. DEMOKRAT – 1,4 persen

8. PAN – 1,2 persen

9. PKB – 1,1 persen

10. HANURA – 0,5 persen

11. PSI – 0,3 persen

12 PERINDO – 0,2 persen

13. PKPI – 0,2 persen

14. PBB – 0,1 persen

15. GARUDA – 0,1 persen

16. BERKARYA 0,0 persen

17. TIDAK MENJAWAB/TIDAK TAHU – 27,6 persen

(Sumber: PDIP Sulut)

 


Komentar


Sponsors

Daerah

Sponsors


Mail Hosting