Gubernur Gedor Percepatan Industri Pengolahan Kelapa

Gebrakan Olly di Tengah Pandemi


Laporan: Sonny Dinar

Manado, MS

Geliat Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) Olly Dondokambey tak pernah surut. Meski di tengah pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), perhatian terhadap nasib petani kelapa terus diberikan. Upaya menjaring dukungan untuk polemik komoditas ini pun dilakukan.

Masa pandemi Covid-19 dinilai tak harus pula mengurangi semangat semua pihak dalam pengembangan kelapa. Baik untuk kesehatan maupun bagi pembangunan ekonomi. “Saya kira walaupun dalam situasi Covid-19 tapi semangat untuk bekerja bersama-sama membawa manfaat bagi masyarakat Indonesia lebih khususnya masyarakat Sulut. Jadi kita betul-betul harus mendorong agar supaya bukan sekadar lambang pohon kelapa tapi pohon kelapa yang menyejahterakan rakyat Sulut,” kata Olly saat menjadi pembicara utama pada webinar nasional ‘Kelapa untuk Kesehatan dan Pembangunan Ekonomi Indonesia di masa Pandemi Covid-19’, di Desa Kolongan, Kabupaten Minahasa Utara (Minut), Rabu (10/6) kemarin.

Olly juga menyampaikan hasil kunjungannya ke pabrik pengolahan minyak kelapa di Bitung yang sekaligus menjual kopra pada Selasa pekan ini. Menurutnya, pandemi Covid-19 ternyata tidak menghentikan operasional pabrik. Sebaliknya ekspor tetap berjalan lancar. “Kemarin secara langsung memang saya ke pabrik pengolahan minyak kelapa di Bitung dan saya juga mengecek langsung. Saya pikir dengan adanya Covid-19 ini, pabrik mengurangi produksinya tapi ternyata puji syukur karena seluruh produk dari pabrik milik Wilmar Group berjalan dengan baik tidak ada PHK (pemutusan hubungan kerja), ekspor berjalan terus sehingga harganya juga kalau saya sebagai petani ada untung,” ungkap Olly.

Ia mengungkapkan, potensi produk kelapa Sulut ke depan ini sangat menjanjikan. Memang menurutnya, di Sulut masalah yang selalu diteriakkan adalah petani kopra. Padahal target sesungguhnya tak hanya petani kopra melainkan kelapa secara menyeluruh. "Bukan cuma petani kopra, kita harus menjadi petani kelapa sehingga manfaat produk dari kelapa ini sudah bisa kita rasakan secara langsung, dengan banyaknya turunan produk dari kelapa ini saya kira akan menyebabkan nilai tambah yang sangat besar,” lanjutnya.

Pemprov Sulut menurutnya, saat ini sedang berupaya mendorong percepatan industri pengolahan kelapa yang ada di Sulut. Sekaligus mengatasi kendala transportasi dan akomodasi di industri kelapa.

“Nah mudah-mudahan dengan Provinsi Sulut ini ditunjuk sebagai superhub di wilayah timur manfaatnya akan banyak. Saya sudah menyampaikan surat juga dan langsung kepada Menko Perekonomian bahwa potensi super hub Sulut ini kalau kebijakan regulasi diberikan full saya kira manfaatnya akan banyak, nah disinilah posisi para petani kelapa yang akan mendapatkan nilai tambah yang banyak karena kita kalau mengekspor tidak turun lagi ke bawah dari Provinsi Sulut langsung naik ke atas, ke daerah-daerah pemasaran,” paparnya.

Ditegaskannya, industri pengolahan kelapa pabrik di Provinsi Sulut ini sudah ada yang berminat. Jalur hubungan langsung pelabuhan Bitung ini sudah bisa terbuka secara langsung karena memang industri kelapa memiliki manfaatnya. Industri kelapa ini menurutnya, akan berproses secara langsung dari air kelapanya, dagingnya dan tempurungnya. "Ini semua satu paket, produknya diekspor langsung ke Amerika semua. Kita terkendala kemarin mereka masuk ke Sulut dan setelah dicek Pelabuhan Bitung belum bisa secara langsung melakukan ekspor. Baru dua bulan lalu Menteri Perdagangan membuka pintu ini tetapi menteri perhubungan masih mengunci dengan jalur kapal. Nah mudah-mudahan dengan superhub ini yang bisa kita lakukan tentunya ini bisa berjalan dengan baik,”  jelasnya.

Disamping itu, Olly juga mengajak Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado terlibat dalam peningkatan kualitas kopra di Sulut. Ini untuk dapat menghasilkan kopra berkadar air rendah guna meningkatkan harga kopra yang dibeli pabrik. “Saya kira perlu keterlibatan dari Unsrat dan tentunya Pemerintah Provinsi dalam merancang prototipe tampa fufu orang bilang. Supaya pada saat pembakaran pengasapan kelapa untuk dijadikan kopra betul-betul dia bisa matang dari bawah sampai atas dan biaya produksinya jadi lebih murah," tuturnya.

Dirinya berharap, masalah menekan biaya produksi harus dikaji. Supaya walaupun kopranya harga per kilo Rp 7 ribu tapi kalau bisa tekan biaya produksinya maka masyarakat akan mendapatkan nilai tambah yang banyak. "Saya kira hal-hal inilah yang perlu kita dorong dan perlu dukungan,” ucap Olly.

Adapun webinar turut dihadiri Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Deputi Penguatan Inovasi Kemenristek, Rektor Unsrat Ellen Kumaat dan Direktur Eksekutif ICC Selvina Allow. (*)

 

 


Komentar


Sponsors

Daerah

Sponsors


Mail Hosting