Susi Pudjiastuti: Laut Bukan Tempat Sampah


Bitung, MS

“Serbuan” sampah plastik di laut semakin mengkhawatirkan. Tiap hari, jutaan ton sampah plastik mengotori lautan. Indonesia adalah negara penyumbang sampah plastik terbesar ke dua di dunia.

Mengantisipasi semakin besarnya jumlah sampah plastik di lautan, pemerintah ambil langkah taktis. Pada momentum perayaan Hari Ulang Tahun ke-73 Kemerdekaan Republik Indonesia, pemerintah menggelar gerakan “Menghadap Laut”. Program ini serentak dilakukan di 76 lokasi pantai, mulai dari Aceh sampai Papua. Gerakan menghadap laut ini merupakan gerakan kepedulian laut terbesar yg pernah ada di Indonesia. Ini dilakukan secara sukarela dengan melibatkan lebih dari 20.000 orang.

Program bertajuk Pandu Laut ini, dipimpin Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Susi Pudjiastuti. Bersama 341 mitra yang terdiri dari kelompok masyarakat, komunitas masyarakat adat, nelayan, mahasiswa dan kelompok-kelompok pemerhati lingkungan, termasuk kelompok swasta pelaku wisata, musisi, seniman dan publik figur lainnya, bersama-sama “Menghadap Laut” untuk merawat serta membersihkan pantai-pantai Indonesia.

Salah satu lokasi yang berpartisipasi dalam aksi menghadap laut, adalah Kota Bitung, Sulawesi Utara. Bertempat di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bitung, Susi Pudjiastuti memimpin ratusan pemerhati lingkungan untuk membersihkan pantai. Ikut hadir dalam kegiatan itu, Ridho Hafiedz, Ony Serojawati, Bustar Maitar dan Aprika Rani.

Dijelaskan Menteri yang terkenal dengan perintah “tenggelamkan” itu, sampah di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun. Sebanyak 3,2 juta ton merupakan sampah plastik. “Sedangkan Kantong plastik yang terbuang ke lingkungan sebanyak 10 milyar lembar per tahun, atau sama dengan 85.000 ton kantong plastic,” kata Susi.

Dikatakannya juga, 32% sampah plastik mengotori lingkungan. Sampah plastik yang masuk ke laut, kata dia, dapat terbelah menjadi partikel-partikel kecil yang disebut microplastics dengan ukuran 0,3 – 5 milimeter. Microplastics ini sangat mudah dikonsumsi oleh hewan-hewan laut. “Indonesia merupakan negara penyumbang sampah plastik ke lautan terbesar kedua di dunia. Sampah plastik sangat berbahaya. Gerakan ini sebagai bagian dari komitmen kita mengurangi 70 persen sampah plastik di lautan pada 2025,” timpalnya.
Susi menilai, gerakan menghadap laut menunjukan kepedulian masyarakat pada laut Indonesia. Aksi ini menjadi salah satu gerakan penting dalam menunjang target bangsa sebagai Poros Maritim Dunia. “Hari ini kita melihat kepedulian yang luar biasa dari masyarakat Indonesia yang bergerak sukarela di 76 titik dan 24 kapal bergabung di titik-titik berbeda,” ungkap Susi.
Sebagai pembina Gerakan Pandu Laut Nusantara, Susi menyampaikan terimakasihnya atas bantuan semua pihak yang ikut dalam menyukseskan Gerakan Menghadap Laut. Mereka itu di antaranya, komunitas masyarakat adat, nelayan, mahasiswa dan kelompok-kelompok pemerhati lingkungan, termasuk kelompok swasta pelaku wisata, musisi, seniman dan publik figur.

Sementara itu, Ketua Umum Pandu Laut Nusantara, Bustar Maitar mengatakan, Indonesia harus merdeka dari sampah plastic. “Pemerintah harus lebih serius dalam melarang penggunaan plastik sekali pakai. Kegiatan hari ini adalah upaya membangun gerakan kerelawanan oleh masyarakat Indonesia untuk merdeka dari sampah plastik. Keswadayaan masyarakat hari ini dalam bersama merawat laut adalah bagian dari kekuatan bersama untuk merawat Indonesia,” papar Bustar.

Kegiatan ini digerakkan langsung oleh Sekretariat Pandu Laut Nusantara, Yayasan Eco Nusa bersama kelompok masyarakat secara swadaya di seluruh Indonesia. Diharapkan dapat menjadi ajang edukasi efektif bagi masyarakat pesisir akan kerugian dan bahaya membuang sampah ke laut.

Ketua Himpunan Pengusaha Kecil dan Menengah Bitung Jefri Sagone meminta Pemerintah Daerah untuk membantu pengelolaan sampah di kawasan pesisir. Khusus di Bitung, Pemerintah diminta untuk aktif dalam composting sampah. “Ini yang kami harapkan, karena sampai sekarang belum ada composting demikian,” kata dia.

Saat ini, pengelolaan sampah di kawasan pesisir Bitung masih bersifat konvensional. Sampah dijemput oleh Dinas kebersihan untuk kemudian dikumpulkan ket tempat pemrosesan akhir. Belum ada pemilahan-pemilahan yang dilakukan. Berdasarkan data yang dihimpun, produksi sampah di Bitung mencapai 612 meter kubik, per hari. Sayangnya, hanya 490 meter kubik sampah yang terangkut. Pengelolaan Reuse, Reduce, Recycle yang dilakukan masyarakat setempat pun hanya mencapai 46 meter kubik per hari.
Sementara itu, Walikota Bitung, Maximiliaan Lomban melalui Sekretaris Kota Bitung, Audy Pangemanan mengatakan, kedatangan Menteri Kelautan dan Perikanan di Kota Bitung merupakan satu kebanggaan. Sebab, dari banyaknya kota di Indonesia, Susi lebih memilik datang ke Kota Bitung. “Kota Bitung sudah melalui gerakan 5B, yakni bersih udara, bersih darat, bersih bawah tanah, bersih laut dan bersih aparat birokrasi. Bahkan, sejak beberapa tahun terakhir, Pemkot Bitung tidak lagi menggunakan air minum dalam kemasan dalam tiap kegiatan. Semuanya sudah memakai tumbler,” sebutnya.(joy watania)

 


Komentar

Populer Hari ini




Sponsors

Daerah

Sponsors


Mail Hosting