Manado, MS

Angkutan umum berbasis aplikasi dinilai berdampak pada daya minat pengguna terhadap angkutan konvensional. Seperti yang terjadi di Kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut), khususnya angkutan kota (angkot) mikrolet.

Menurunnya daya minat menggunakan Angkutan Kota mikrolet, menjadi pembahasan utama, dalam Rapat Koordinasi (Rakor), yang dilaksanakan Organda Kota Manado di Casa Wanea, Sabtu (2/7). Kegiatan dengan menghadirkan pemilik angkot Mikrolet, dan 14 ketua basis trayek.

Sejumlah masalah yang melatarbelakangi, sehingga daya minat menggunakan angkot menurun drastis, terungkap dalam Rakor Organda Kota Manado. Beberapa masalah yang terungkap, salah satunya akibat kelalaian dari pemilik, maupun sopir angkot mikrolet.

“Kita semua sudah melihat dengan jelas bahwa penumpang, lebih memilih menggunakan taksi online daripada angkot, dikarenakan rasa tidak nyaman penumpang. Kita harus memperbaiki mutu kendaraan mikrolet, agar penumpang bisa merasa nyaman. Misalnya angkot yang body-nya ceper diperbaiki, penampilan sopir juga kalau bisa lebih rapi dan kita juga harus mengantisipasi agar tidak ada sopir yang minum alkohol,” ungkap ketua basis Paal 2.

Sementara, ketua Organda Kota Manado, Gazali Djamaan menegaskan, fisik kendaraan harus menjadi prioritas serta pelayanan kepada konsumen, harus lebih ditingkatkan.

“Fungsi Dinas Perhubungan harus makin kita genjot bersama, dalam hal ini seperti uji kelayakan kendaraan bermotor (KIR), karena sebagain besar mikrolet belum KIR sejak tiga tahun,” kata Gazali Djamaan.

Selain itu, terkait kebijakan baru aplikasi MyPertamina, sebagai syarat pengisian BBM bersubsidi, tidak mendapatkan penolakkan dari pemilik dan pengemudi angkot mikrolet.

“Kita kan tau bersama, keberadaan pertalite bersubsidi lebih banyak dinikmati oleh pengguna mobil plat hitam. Jadi dengan adanya pemberlakuan pembelian BBM dengan barcode, malah rekan-rekan sopir dan pemilik mikrolet lebih antusias dan sangat mendukung,” tandasnya. (yaziin solichin)