Foto: Komisi IV DPRD Sulut rapat dengan Dikda Sulut. Insert: Julius Jems Tuuk
Komisi IV Cium Aroma Permainan Alokasi DAK di Sekolah
Manado, MS
Kritik Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) mendarat ke Dinas Pendidikan Daerah (Dikda)
Sulut. Tidak meratanya pengalokasian Dana Alokasi Khusus (DAK) ke setiap
sekolah jadi penyebab. Wakil rakyat Gedung Cengkih mencium adanya aroma
permainan pihak sekolah dengan bagian perencanaan.
Nada sorotan itu dilayangkan Sekretaris Komisi IV DPRD Sulut, Julius Jems Tuuk saat
rapat dengar pendapar dengan Dikda Sulut, Selasa (18/1), di ruang rapat komisi.
Dirinya mempertanyakan, terkait ada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang
alokasi DAK sampai 10. “Dan ada (Sekolah, red) yang tidak pernah mendapatkan
DAK," ungkap Tuuk.
Terkait pertanyaan tersebut, Tuuk pada rapat sebelumnya
diberikan jawaban oleh Dikda Sulut bahwa yang berhak memperoleh itu ditentukan
oleh pemerintah pusat. Hanya saja, ketika pihaknya melakukan kunjungan ke
pemerintah pusat, hasil konsultasi mendapatkan ternyata bukan kementerian yang
menentukannya namun itu diusulkan oleh daerah. "Saya berpendapat ada
permainan yang sangat jelas. Ada sekolah-sekolah yang bermain dengan bagian
perencanaan di dinas pendidikan. Apakah bagian perencanaan ini pemain tunggal
atau ada sisipan dari yang lain," tegas politisi Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan ini.
Disampaikannya, SMK Dumoga itu yang dari sepengetahuannya
hampir setiap tahun mendapatkan DAK. Tapi ada SMA yang tidak pernah mendapatkannya.
"Yang tidak terjawab dari pertemuan akhir tanggal 13 Desember 2021, kenapa
ada SMA yang alokasi DAK banyak dan ada SMA yang tidak sama sekali. Saya studi komparasi
dengan SMK Fajar, sekolah Islam di Moyongkota (Kabupaten Bolaang Mongondow
Timur). Sekolah itu seperti kandang ayam. Tapi muridnya sekolahnya bagus-bagus,"
jelas wakil rakyat daerah pemilihan Bolaang Mongondow Raya.
Kepala Dikda Sulur, Grace Punuh menyampaikan, memang ini
menjadi juga koreksi baginya. Hal itu karena tidak melihat sampai ke dalam
melihat pekerjaannya. "Siap salah. Mohon maaf. Memang mereka bilang kepada
saya untuk supaya selesaikan dulu pekerjaan yang belum tuntas di satu, baru
kemudian pindah ke sekolah yang lain," jelas Punuh. (arfin tompodung)

















































Komentar