Tuuk Dorong Peran Unsrat Terhadap Penelitian Pertanian Sulut


Manado, MS

Problem pertanian di bumi Nyiur Melambai menjadi perhatian Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulawesi Utara (Sulut), Julius Jems Tuuk. Wakil rakyat Gedung Cengkih ini mendorong peran Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado. Utamanya terkait dengan sumbangsih penelitian perguruan tinggi ini menyikapi persoalan di bidang pertanian. 

Dorongan tersebut disampaikan Tuuk di selah hearing Komisi IV DPRD Sulut dengan Unsrat Manado, Rabu (9/3). Ketika itu Rektor Unsrat Manado, Ellen Joan Kumaat hadir dalam pembahasan di ruang rapat serba guna DPRD Sulut. Tuuk berharap, Unsrat bisa berperan lebih banyak melalui penelitiannya di Sulut. Terutama menyikapi masalah pertanian kentang yang ada di Modoinding Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel). "Karena di sana petani lebih banyak membeli bibit kentang dari luar daerah. Jika UGM (Universitas Gadjah Mada) banyak memberikan peranan penting terhadap pertanian, saya berharap pula Unsrat  bisa berperan dengan masuk ke sana agar petani Kentang kita menghasilkan lebih banyak lagi produksinya," pinta politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini. 

Dirinya berharap, Unsrat bisa memegang kendali terhadap kondisi pertanian. Ia menjelaskan, kondisi yang terjadi di Modoinding seperti produksi kentang, hanya mampu memproduksi kentang sebanyak 24 ton dalam sejarah. Hal itu terdata dalam penyampaian masyarakat. Namun kini produksi kentang di sana terjadi penurunan.

“Modoinding kini hanya mampu memproduksi kentang sebanyak 17 ton per hektar. Kenapa 17 Ton, disebabkan berbagai masalah yakni oleh jamur dimana terjadi pembusukan akar, batang, daun hingga buah,” tegas wakil rakyat daerah pemilihan Bolaang Mongondow Raya ini. 

Selaku Ketua LSM Cinta Petani dan Nelayan Sulut ini dirinya menjelaskan, penanganan yang ada di Modoinding. Disampaikannya, LSM Cinta Petani dan Nelayan Sulut mengambil alih salah satu Desa di Mondoinding. Mereka mendampingi 1 kelompok tani di salah satu Desa di Modoinding tepatnya sebelum Desa Palelon. Ketika itu ada perubahan yang terjadi dalam hal panen masyarakat. "Kami mampu memproduksi sebanyak 496 karung. Target kami kedepannya petani mampu  memproduksi 50 ton per hektar. Tetapi, ada persoalan yang dihadapi yakni tidak memiliki kentang G0 (G nol), yang dimana itu dikawinkan,” jelasnya. (arfin tompodung)


Komentar


Sponsors

Daerah

Sponsors


Mail Hosting